Sabtu, 24 Mei 2008, Pandangan…
Hari ini gw ingin membicarakan mengenai sudut pandang. Pemikiran gw mengenai sudut pandang ini muncul saat gw berbicara dengan teman-teman gw di segitiga dekanat FEUI. Pembicaraan serius mengenai demonstrasi yang mulai mengacau. Dalam pembicaraan ini, Happy mengatakan sesuatu bahwa dia ingin melihat sebuah kebijakan ekonomi melalui ilmu ekonomi saja, tidak peduli kapitalis atau sosialis, dan juga tidak terlalu peduli dengan sektor-sektor lainnya.
Kemudian, teman gw yang lain yang juga terlibat dalam pembicaraan, Nina, menuliskan sesuatu mengenai perbedaan sudut pandang yang patut dipertimbangkan dalam blognya di sini. Menurutnya, perbedaan sudut pandang adalah sesuatu yang manusiawi. Sehingga, baginya demonstran yang setuju akan kenaikan harga BBM juga merupakan pelaku yang bertindak manusiawi walaupun tidak sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan ekonomi.
Tak ada yang salah dalam kedua pendapat tersebut. Seperti halnya apa yang ingin gw bicarakan, gw berusaha memahami semua sudut pandang yang ada.
Bagi gw sudut pandang adalah sesuatu yang harus disatukan dalam diri masing-masing individu. Selama ini manusia selalu bergerak berdasarkan self-interest masing-masing. Karena itulah, timbul yang namanya demonstrasi menentang kenaikan harga BBM karena masyarakat merasa dirugikan oleh kenaikan harga dan inflasi yang mungkin terjadi. Hal yang sanagt manusiawi. Begitu pula keputusan yang diambil pemerintah untuk menaikan harga BBM demi menyelamatkan negara ini dari kebangkrutan dan collapse, juga manusiawi. Pada dasarnya tiap indicidu bertindak rasional dengan self-interest masing-masing.
Nina dalam blognya juga mengatakan bahwa perbedaan sudut pandang merupakan sesuatu yang patut disyukuri. Akan tetapi, bagi gw perbedaan sudut pandang yang mutlak adalah akar kehancuran dan perpecahan bangsa ini.
Kita sebagai manusia, tidak boleh terlalu terpusat pada satu sudut pandang saja. Banyak sudut pandang lainnya yang mungkin pro dan kontra dengan sudut pandang kita. Kita tidak boleh mengabaikannya. Preoccupied by a single leaf, you cannot see the whole tree. Preoccupied by a single tree, you cannot see the forest. Preoccupied by a forest, you cannot see the world. Preoccupied by the world, you cannot see the universe. And so on.
Terfokus dengan satu sudut pandang, kita takkan bisa melihat kebenaran yang sesungguhnya.
Hal ini berlaku pula pada para demonstran. Para demonstra sebaiknya tidak terfokus dengan sebuah sudut pandang mengenai betapa merugikannya kenaikan harga BBM, Demonstran harus berani melihat sudut pandang lain mengenai apa yang akan terjadi jika BBM tidak naik harganya. Hal yang sama berlaku pula pada pemerintah.
Perbedaan pandangan yang berlarut-larut hanya akan memecah belah negara ini. Seharusnya, kita menyatuan pandangan bersama. Melalui musyawarah dan gotong royong, seperti apa yang dibawa oleh Presiden Soekarno. Betapa negara kita ini tidak kompak. Bahkan dalam pemerintahan masih ada pihak-pihak yang menentang kenaikan harga BBM. Bagaimana mungkin kita bisa mewujudkan ”Persatuan Indonesia” kalau masing-masing dari kita terus-menerus mempertahankan sudut pandang masing-masing dan tidak menghiraukan sudut pandang lainnya.
Sudah saatnya kita bersatu. Orang pernah berkata bahwa negara ini bisa bertahan saja sudah bagus. Buat gw, selama kita dalam satu negara ini bersatu dalam satu visi, maka bertahan saja tidak cukup, kita bisa berkembang lebih jauh lagi dari itu dan mewujudkan forecast mengenai Indonesia sebagai negara kekuatan setingkat dunia.
Smile Eternally,
Wirapati...
0 Comments:
Post a Comment