Harga Sebuah Demokrasi

Minggu, 25 Mei 2008, Demokrasi…

Beberapa saat lalu, gw membaca dan mengomentari posting dari salah satu orang yang gw hormati, GaffarI Ramadhan. Postingan beliau dapat dilihat di sini. Kesempatan kali ini, gw ingin membahas mengenai apa yang gw tulis sebagai komentar dari postingan beliau.

Betapa demokrasi di Indonesia sangatlah MAHAL!

Sekarang saja kita sudah banyak melihat propaganda-propaganda yang mulai bermuculan dalam iklan di stasiun-stasiun televisi. Sutrisno Bachir dengan slogan ”Hidup adalah Perbuatan”. Wiranto denga propaganda memberantas kemiskinan. Dan Prabowo dengan embel-embel pesan dari para petani Indonesia sebagai ketua HKTI. (Dikutip dari blog Gaffari's Manuscript)

Bayangkan berapa miliar yang dihabiskan beliau-beliau ini untuk mendongkrak popularitas menjelang Pemilu 2009. Padahal, saat ini saja belum pertengahan tahun 2008. Bagaimana jika nanti pada saat menjelang Pemilu di mana propaganda dilakukan secara besar-besaran.

Jelas sekali bahwa akan lebih besar lagi dana yang dihabiskan untuk pesta demokrasi tersebut. Mungkin saja mencapai nilai triliun rupiah per calon. Jika kita pandang sari sudut ekonomi. Momen menuju pesta demokrasi ini akan mempengaruhi harga secara agregat. Menjelang Pemilu, para calon dan KPU akan membutuhkan dana yang sangat besar sehingga mempengaruhi permintaan akan uang. Permintaan akan uang akan mendorong Permintaan Agregat sehingga menimbulkan Demand Pull Inflation.

Jelas sekali bahwa pada tahun 2009 nanti akan terjadi inflasi yang cukup besar. Rakyat akan merasakan kenaikan harga yang terjadi dalam skala yang cukup besar. Akan tetapi, benarkah pesta demokrasi yang akan dilaksanakan tahun 2009 benar-benar akan menimbulkan ksejahteraan rakyat. Jawabannya, belum tentu. Belum lagi, bisa saja dana yang dihabiskan untuk pesta demokrasi bukanlah uang halal. Bisa saja uang tersebut berasal dari uang rakyat yang disalahgunakan.

Jelas sekali bahwa demokrasi di negara ini sangat mahal, akan tetapi sarat akan sesuatu yang substansial. Tidak banyak manfaat yang diterima masyarakat selain perubahan rezim yang belum tentu menuju Indonesia yang lebih baik. Pemilu hanyalah seremoni yang menghabiskan uang tanpa efek multiplier yang bermanfaat bagi rakyat.

Smile Etenally,
Wirapati...

1 Comments:

d e s z y a said...

1 word: agree!