A Confession to the Moonlight

Ini adalah sebuah kisah, yang tertunda untuk diceritakan. Beberapa dari kalian mungkin pernah gw ceritakan, beberapa belum. Tapi inilah salah satu perkamen kehidupan gw yang cukup kelam tapi diakhiri dengan penuh kebahagiaan. Ini adalah kisah cinta yang dipenuhi dengan bumbu persahabatan.

This is gonna be long enough, so be prepared!!!

Malam itu malam cerah di sebuah musim gugur, hati gw yang berguguran maksudnya. Seperti yang yg gw lakukan saat gw menemukan ide untuk menuliskan postingan ini, saat itu juga gw sedang menatap bulan purnama yang bersinar keruh (karena polusi di ibukota) dan gw menatapnya dengan keruh juga.

Sejak dulu, gw memang seorang pecinta wanita, kayak lagunya Irwansyah yang liriknya "Aku memang pecinta wanita, tapi satu pun tak punyaaaa...". Yap! Sudah banyak sekali kisah percintaan yang gw alami dan banyak sekali pengalaman gw tentang wanita yang mengungkapkan perasaannya, sayangnya bukan ke gw. Gw menjalani hidup seorang pria sejati yang menjalani kehidupan percintaannya dengan kesucian diri (baca: gak pernah punya cewe).

Ini adalah salah satu kisah bagaimana gw mencintai seorang wanita dahulu kala, entah masih SD, SMP, SMA ato uda jadi profesor (eliminasi pilihan terakhir karena gw jadi sarjana aja belom). Pada saat itu, gw menyukai seorang wanita, teman gw sekelas. Gw juga cukup bingung kenapa gw menyukai dia. Mungkin karena Witing tresno jalaran soko kulino. Tapi, memang ada beberapa bagian dari dia yang gw suka. Selama setengah tahun gw sekelas ma dia, gw terus memendam perasaan gw. Emank gw tipe yang begitu, memendam rasa suka kepada seseorang.

Di kelas ini pun gw memiliki seorang sahabat, yang sangat dekat ma gw. Seorang laki2 yang konyol tapi memiliki banyak kemiripan sifat sama gw, mulai dari nakalnya, hobinya dan lainnya. Kita berdua sering kali senasib klo masalah dihukum ato sebagainya.

Nah, pada suatu hari, di sebuah acara menginap bareng, kami semua ikut, gw, dia (yang gw suka) dan semua sahabat2 gw. Sebenarnya pada malam ini, gw ingin mengungkapkan perasaan gw ke dia (yang gw suka, bukan sahabat gw, emank gw GAY?). Sebelum melakukannya, gw pengen memberanikan diri dengan curhat dulu ma temen2 cowo gw. Nah, masalah pun dimulai. Baru aja gw mau ngomong (di mana gw memulai dengan basa-basi tentang gebetan), tiba2 seorang temen gw angkat bicara, dia adalah sahabat gw yang gw maksud itu. Dan apa yang dia katakan? Dia bilang ke gw, klo dia suka ma seorang cewe dan ingin menyatakan perasaannya saat ini. Deg! Tiba2 gw deg2an penuh prasangka. Pas gw tanya siapa (yang sebenernya seharusnya gak perlu gw tahu), dia menjawab hal yang paling gak ingin gw denger saat itu. Yeah! The same person!

And the world is turning inside out, I'm flying away in ecstasy... Ups, itu mah lagunya Queen. Pokoknya kepala gw kayak dipukul ma palu segede rumah (rumah apaan? rumah semut mah kecil, rapuh lagi, tapi klo semut futuristik sih rumahnya dari besi). Entah kenapa, gak tau gw bego ato lagi gak mikir, dengan segera gw berkata, "Oke. Gw bantu!". Oh, s**t! knapa gw ngomong kayak gitu. You know lah. Kira2 kayak apa rasanya.

Akhirnya. Terjadilah malapetaka itu (Yang mana?). Dengan hati mencelos gw membantu tuh anak untuk berduaan dengan si cewe. Kita sok ngumpul di ruang tengah. Truz dya mulai ngomong ma cewe itu dan kita sedikit demi sedikit meninggalkannya. Bersama dengan temen2 gw yang lain, gw ngelyat prosesnya dari lantai 2 dengan sembunyi2. Sementara yang lain semangat, cuma gw yang yg mukanya kecut. Cuma satu dari temen2 gw yang nyadar tentang hal ini dan menepuk pundak gw tanda semangat.

Pembicaraan sahabat gw dan cewe itu entah uda brapa jam lamanya. Gw yang hatinya kecut keluar ke teras, and there's the moonlight above my head. Sambil menatap bulan itu, dalam hati gw berharap semoga sahabat gw ditolak. Gw terus menyumpah2i dya supaya gagal. Dan tiba2 sahabat gw ini keluar dari rumah itu juga dan menghampiri gw. Dengan penu harap gw nanya ke dya. hasilnya.

Gw yang mengenaskan: Gmana?
Sahabat gw: Hahaha... Gw... ditolak.
Gw yang berharap: Hah? Masa sih?
Sahabat gw: Tapi, gw blm mau nyerah. Gw masih mau ngejar dya. Lw mau kan bantuin gw?
Gw yang mencelos: Err.. Pasti!

Yah, begitulah. Temen gw ditolak. Beberapa hari berikutnya, atas dukungan dari sahabat gw yang tahu tentang perasaan gw, gw juga nembak cewe itu. In the end, both of us are rejected. Tapi, gw senang. Gw senang dengan hasil ditolaknya gw. Dengan ini, gw telah menyelesaikan kisah cinta gw yang penuh kesunyian dan di lain pihak, gw telah memperahankan persahabatan gw dengan sahabat gw.

Sesaat sebelum gw menuliskan postingan ini, gw juga menatap bulan yang sama dengan malam itu. Dan gw menyadari satu hal, tentang betapa memuakkannya diri gw sendiri yang berharap supaya sahabat gw ditolak, walaupun kita sama2 suka ma cewe yang sama. Betapa memalukannya diri gw yang ingin menjatuhkan teman gw sendiri dan bermuka dua di hadapannya.

Buat gw, sahabat gw adalah segalanya. Betapa terkadang cinta sejati menghancurkan diri lw, tapi tak ada persahabatan sejati yang meluluhlantakkan diri lw. Gw menyadari hal itu dalam kejadian ini.

I feel sorry for him, my best friend. I feel sorry that I had wished for his bad luck. I feel sorry that I almost betrayed him. I feel really sorry that I could not even apologize to him, apologize fo something that he didn't know. But, I'm glad. That it ended up like this. I can still befriend with him like I used to be. I can still have fun with him like it was, until now. Even though I was rejected too in the end, but at least I know that I can still love her even though she does not. And this time, I didn't lose anyrhing, neither my bestfriend nor my love.

And here, under the same moonlight with that night, again I swear. But, not the same as that night. Now, I swear that I will not ever betray my bestfriend, even if it is for my love. I know that it sounds really fool, but I really don't wanna lose my friend, ever.

Dan saat ini, kami semua sudah berpisah jalan. Gw pun uda gak punya perasaan lagi ma cewe itu. Gw juga uda jarang berkomunikasi dengan sahabat gw ini. Tapi, gw tau, bahwa deep down inside, kami masih memendam rasa persahabatan kami yang tak tergoyahkan. Hal yang akan gw jaga sampai akhir.

Entah dya masih suka ma cewe itu apa gak, yang jelas gw uda suka ma cewe lain. Dengan demikian, gw gak akan clash dengan dya klo dya masih ngejar cewe.

Well, that's past. And now, I'm walking in my own path, still alone. But, I believe, even though I'm alone, my past and current friends are always besides me. I'll face the future and let the past to be my guidance.

And the moonlight turns into a dawn, ressembling a new hope and a new life. Guess it's morning now, and all I have to do is wake up and do my life, with the promise I made myself under that moonlight, A Confession to the Moonlight.

PS: Buat yang tau ini kisah tentang apa dan siapa, harap jangan menyebut nama apa2. Walaupun gw ragu lw tahu ini kisah apa dari masa lalu gw. Dan buat sahabat gw yang bersangkutan, jika lw gak sengaja baca ini dan menyadari bahwa ini tentang kita, lw musti tahu bahwa gw sangat menyesal hari itu. Dan gw harap, ini tidak mengubah persahabatan kita.

Smile Eternally,
Wirapati...

The Chronicles of Influenza, Part II

Last Time on Chronicles of Influenza,

Sang Raja dari Utara, Roy, berjuang untuk bertahan hidup dari dunia Influenza yang menyelimuti kehidupannya saat ini. Tantangan pertama sudah dilaluinya, yaitu adalah menghadapi penjaga pinu tol dengan wajah penuh ingus dan berakhir dengan kisah mobil goyang. Baru selelsai menghadapi tantangan pertama, tantangan kedua sudah menghadangnya. Pangeran Katjep dengan suaranya yang membuai hati ingin tidur dan ingus yang mulai mencair di dalam kelas tanpa ada yang membawa tissue. Dan, kemudian tantangan ketiga, yaitu menjelajahi jalur sepeda sampe mampus di tanjakan. Semuanya dilalui dengan lapang dada (emangnya ikhlas, koq lapang dada?). Dan kini, tantangan yang lebih maut dan mencekam menantinya. Saksikanlah!

Warning! Sebelum membaca kisah berikut ini, sebaiknya membaca 3 kisah sebelumnya di sini.
And The Journey Continues...

Book #4 Chronicles of Influenza: Cairan Perak (The Silver Liquid)

Sabtu, 26 Juli 2008,

Sebuah rahasia telah disimpan oleh Queen Happy selama beberapa minggu. Rahasia yang hanya diketahui oleh Raja dan Ratu lainnya. Pada hari ini, rahasia itu akan segera terkuak. Masyarakat akan segera mengetahui tentang kekelaman yang dialami oleh Martha Safitri. Pepatah mengatakan, "Tak Ada Gading yang Tak Retak" yang berarti tak ada rahasia yang tak terkuak (emang iya ya artinya itu?). Bagaimana pun juga, tak ada orang yang bisa menyembunyikan rahasia selamanya.

Pagi hari yang cerah di Bintaro. Gw bangun dengan rajinnya, dan dengan terseok-seok malas gw berjalan untuk mandi. Mengguyur badan dengan mata tertutup, tanpa sadar bahwa saat itu seharusnya gw cebok dulu (masih ngantuk dan sedang duduk di WC sembari boxing, karena ketiduran, nyangkanya lagi mandi bukannya boxing). Dengan mata berat pun akhirnya gw bisa juga menyelesaikan upacara mandi besar gw (badan gw yg besar, bukannya gw abis ngapa2in sampe harus mandi besar). Untungnya, gw bisa pergi ke kampus mengendarai mobil dengan mata terbuka. Coba kalo masih ngantuk dan mata terpejam, gak bakalan masuk kampus gw. Masuk LAMPU MERAH iya dehh... Judulnya... Pokoknya you know lahh.

Di kampus banyak sekali kejadian menarik yang bisa diceritakan. Pertama2 adalah saat gw nongkrong bersama anak2 dana ples Icha. Kita lagi ngomongin tentang Abang Mpok Depok, di mana Happy memiliki rahasia di dalamnya. Duar! Lw semua salah! Happy bukan jadi panitia Abang Mpok Depok, Happy finalisnya!! Dya memang meminta Para King and Queen untuk merahasiakannya karena malu. Kita aja tahunya karena gak sengaja. Karena mergokin Happy foto2 buat registrasi (gak mergokin sihh, lebih tepatnya nganterin). Nah, sore ini, dya ada talent show yang emank kudu bawa supporter. Nah, posisi saat itu, yang mungkin dateng nyupport cuma ketiga King and Queen lainnya dan Princess Nabir, jadi, 4 orang lah. Gak cukup banget kan? Maka Si Icha meminta gw untuk menelepon Uli dengan pertimbangan rumah deket. Terjadilah insiden berikut:

(Nada Sambung... Gak tau deh pribadi apa kagak)
Roy, The King of The North: Hoy, Lay!
Admiral Ulay (Ngasal Ngasih Gelar): Hey, napa Roy?
Roy, The King of The North: Lw dmana Lay?
Admiral Ulay: Di rumah...
Roy, The King of The North: Hari pergi gak lw?
Admiral Ulay: Mmm.. Ntar gw nganterin nyokap gw sihh.. Mank napa?
Roy, The King of The North: Oohh.. Lw hari bisa ikut nonton talent show Happy, ehem, maksud gw Talkshow Homecoming Days UI gak?
Admiral Ulay: Apa? Tadi gw gak denger Roy...
Roy, The King of The North: Homecoming! Lw gak bisa dateng?

Di tengah2 nelpon gw bru inget klo Happy minta dirahasiain. Jadilahgw plesetin kata2 Talent Show Happy menjadi Talkshow Homecoming UI yang mirip2 kata2nya dalam waktu kurang dari setengah detik. Lihat bagian yang dibold, pada saat itulah processor otak gw bertindak cepat untuk memperbaiki informasi yang ada. Ini semua gara2 ide Icha buat nelpon Ulay. Untung gw berhasil memuarbalikkan fakta. Gwnya sih pengennya nyebarin nih info kepada dunia, Happynya aja yang gak mau.

Kemudian, nongkrong2nya dilanjutin sambil ngomongin tentang Serial Killer yang namanya Ryan. Fiqih, wakor gw di Dana Kanopi, membuka topik dengan berkata:

Fiqih, The Joker: Gila ya! Gw mbayangin apa Bolay gak ktemu ya ama Ryan pas dya abis mbunuh yang di Margo Residence? Kan serem tuh! Si Bolay baru pulang kampus, abis itu berpapasan ma Ryan yang baru aja bunuh orang.
Roy, The King of The North: Wah, bukan gitu Fiq. Pertanyaannya gini dulu mestinya. 'Lay, kmaren gw nonton infotainment, katanya 50% penghuni Margo Residence itu Gay. Jangan2 lw Gay?'
Fiqih, The Joker: Iya2. Trus dya njawabnya gini, 'Iya nih. Gw dulu putus karena gw lebih memilih cowo gw.'
Roy, The King of The North: Trus qta tanya lagi, 'Mank sapa lay?'
Bolay (Imaginary): Zen.

Buat yang gak ngerti maksudnya, emank kisah yang itu hanya diperuntukkan bagi anak2 IE FEUI saja.

Kemudian, gw pulang dengan janji akan dateng ke Talkshow Homecoming Days UI, ehh salah ketik, maklum efek bohong, Talent Show Happy sebagai supporter setia. Gw pulang dulu ke rumah buat istirahat terus nelepon Uchal buat minta nebeng. Akhirnya gw pun jam stgh 5 pergi ma Uchal ke tempat tujuan.

Lagi on the way, Nabir nelpon minta dijemput di Kober, kita pun nitip Es Pocog ma Nabir buat menyegarkan diri. Abis nelpon, si Uchal nanya Nabir uda di mana. Gw jawab, "Nabir uda dipocong". kata yang dibold, harusnya ditulis 'di pocong' yang maksudnya di warung es pocong, cuma di kuping kedengerannya sama aja kan? Abis denger itu, kita berdua langsung merinding sambil ketawa2. Mungkin pada saat itu Nabir lagi bersin karena diomongin (mungkin juga salah satu penyebab kenapa dya kena flu pada saat itu).

Nyampe di deket Margonda, kita berdua kena macet parah. Imajinasi kita mengatakan bahwa semua orang ini ingin nonton Abang Mpok Depok yang 99,9% benar tapi 0,1%nya adalah fakta yang sesungguhnya, alias salah semua. Imajinasi kita berdua lagi berkembang2 banget nih di fase ini. Gw gak sengaja ngelyat kalo pintu mobil belom dikunci. Akhirnya gw bilang ke Uchal untuk mengunci pintu dengan alasan ntar Kapak Merah mendobrak masuk dan berkata:

Red Axe (Bukan Fragrance baru dari Axe ya, tapi Kapak Merah): Woy! Lw yang nyetir! Cepetan kejar mobil yang di depan! (menunjuk mobil mewah di depan)
Roy: Lah, bang! Bukannya jalan kaki lebih cepet? Lagi macet nih!
Red Axe: Bodo ahh! Uda capek gw ngejar tuh mobil sambil lari dari Tanjung Barat.

Maklumlah! Just My Imagination kayak lagunya The Corrs. Macet semakin menjadi2. Si Uchal uda stress dan capek kna macet terus di jalur tengah. Akhirnya dya berkata:

Uchal: Roy, apa lw percaya akan Kebenaran?
Roy: Yep! Kebenaran pasti menang!

Akhirnya, si Uchal membanting setir ke kanan untuk pindah jalur dan sesuai dugaan jalur kanan lancar. Buat yang gak ngerti maksud pembicaraan gw dan Uchal, gw jelasin. Bahasa Inggris Kebenaran adalah Righteous (Bangsal, alias Bahasa Inggris Ngasal). Ambil aja kata Right dari situ, kan artinya kanan. Jadinya klo didubbing secara ngasal, Uchal nanya ke gw apakah gw percaya pada Jalur Kanan.

Akhirnya kita lolos dan menjemput Nabir di Kober. Akhirnya, The Pocong tiba. Kita akhirnya makan deh tuh es pocong. Si Uchal minta dibukain. Cuma, karena mobilnya goyang2, pas gw mau masukin sendok, sebagian dari tuhh es tumpah di paha gw. Arrggghhhh..... Nyamaaaaaaannn.. Maksud gw dingin. Tapi emank sih, tuh es jatohnya di bagian vital banget. Makanya ada sensai yang berbeda gitu, sensai dingin maksud gw.

Pas turun dari mobil, baru deh keliatan, ternyata, tumpahan es pocong itu memberikan noda warna-warni di baju gw dan lengket2. Oh My God! Like A Silver Liquid! Ingus loh maksudnya. Mbayangin gw harus masuk ke dalem Margo City dengan baju bernoda basah lengket di bagian vital ples perut. Wah parah. Nyampe di sana, gw langsung ke kamar mandi, buat mencuci noda itu. Itu pun, dalam perjalanan ke kamar mandi, gw jalan di belakang uchal byar orang gak bisa ngelyat noda yang berada dibagian penting itu. Selesai nyuci, emank sih nodanya ilank, lengketnya juga. Tapi, tambah basah. Gw langsung lah berubah menjadi bocah ngompol. Bentuk nodanya mendukung bukti bahwa gw ngompol. Padahal kagak. Sial!

Akhirnya bisa juga kita nonton Happy. tiba2 ketemu Rensus yang sebetulnya uda dikasih tau Nabir karena keceplosan (ato menurut Nabir karena dya Defenseless). Memang, rahasia itu tak bisa ditutupi selamanya. Pada akhirnya dunia akan mengetahuioya. Setelah hari ini, Queen Happy pun akhirnya mau terbuka. Dia meberikan wejangan untuk memberiktahukan semua orang tentang hal ini. Dan emank akan gw lakukan. Klo perlu pke helikopter dan iklan di TV.

Pokoknya, jangan lupa dukung Happy, Senin 4 Agustus 2008 di Bumi Wiyata Depok, Abis AB koq. Ayo kita dukung!

Dengan demikian, berakhirlah hari yang panjang ini. Noda di baju itu tetap meninggalkan noda di hati gw karena malu parah jalan2 di Margo City dengan celana kayak gitu. Tapi, hari ini cukup menyenangkan koq. Perjuangan Queen Happy belum selesai, begitu juga perjuangan gw dalam melawan influenza ini.

Nantikanlah akhir kisah ini di postingan berikutnya. Bagaimana kisah ini akan berakhir? Apakah dengan bahagia? Atau penuh derai air mata akibat tawa? Ato dengan ingus di seluruh wajah? Saksikanlah episode terakhir Chronicles of Influenza! Jangan lewatkan!

To Be Continued...

The Chronicles of Influenza

Huff.. Dah lama banget nih gw kna pilek parah. Dari minggu lalu, ampe skrg masih mbeler. Nah inilah chapter2 kisah penyakit gw yang dipenuhi suka dan duka.

Book #1 Chronicles of Influenza: Tissue, Sang Penjaga Pintu Tol dan Mobil Goyang (The Tissue, The Highway Guard and The Vibrating Car)

Jumat, 18 Juli 2008

Ini adalah hari pilek gw yang kedua. Suara uda mulai agak aneh karena tenggorakan gw yang dipenuhi riak dan idung gw yang diselimuti ingus. Ditambah lagi, pada saat ini gw harus bikin preprop emix untuk yang terakhir kalinya. Akhirnya dari pagi ampe sore gw ngetem aja tuh ama pikiran emix. Gw bru pulang sore2 di mana anak2 emix lainnya dah pada cabut meninggalkan di kafe sendirian. Gw masih harus menanti kakak gw pulang, soalnya dia minta bareng. Uda gitu dya janji mo bikinin gw indomie sebagai hadiah karena mau nungguin dya kayak orang dongo. Akhirnya sambil mendengarkan MP3 di ruangan kafe baru yang kosong, gw mulai diserang angin semilir dingin yang membawa segala nyamuk mendekat ke arah gw. Maka terjadilah transfusi darah besar2an dari badan gw ke nyamuk2 kebon bajingan itu. Angin2 dingin itu pun membuat pilek gw makin menjadi2. Uda gitu, diusir lagi ma bapak2 penjaga kafe baru, jadinya pindah ke mobil deh gw.

Kemudian sambil menyeruput es teh manis yang notabenenya malah bikin gw tambah pilek (gw seperti memberi gizi kepada para virus influenza itu), gw duduk aja sambil bengong di mobil gw ditemani AC yang jelas2 memperkuat efek es teh manis gw dalam meningkatkan produksi ingus di idung gw. Sambil bersin2 penuh ingus, kakak gw pun menelepon gw dan bilang kalo dya uda siap dijemput dan uda dihukum (baca: uda nyampe di fakultas hukum). Gw pun kehukum juga (baca: pergi ke fakultas hukum). Dan yang ada di sana adalah kakak gw yg menyambut gw dengan hadiahnya, yaitu.... Mangga. Jah! Tadi katanya indomie. Gw uda ngarep dapet makanan anget byar bisa ngangetin badan gw juga. Malah dikasih mangga dingin. Alhasil, karena laper, gw hajar aja deh tuh mangga, enak sih, tapi badan gw tambah dingin dehh.

Nah, penyakit gw mencapai puncaknya pas di jalan tol. Pusing banget kepala gw, tapi gak bisa bersin. Penderitaan yang sungguh luar biasa. Kakak gw minta dianterin ke dokter dulu di RSIB, makanya gw gak keluar di veteran, tapi di Bintaro sektor 7. Nah, pas uda mau nyampe pintu keluar tol, muncullah tanda2 ingin bersin. Langsung aja gw mangap2 memicu bersin abis buka jendela sambil meluncur ke arah pintu tol. Pas banget 2 detik sebelum mobil gw berhenti buat ngasih duit tol ke penjaga pintu tol, gw bersin dengan dahsyatnya. Kisah pun mencapai klimaks. Bersin itu sangat dahsyat sehingga ingus yang keluar sangat banyak. Klo gak gw tutupin pke tangan kiri, pasti tu ingus uda muncrat ampe kaca depan mobil gw. Tapi, tetep aja. Gak mungkin gw ngasih duit tol ke penjaga pintu tol dengan berlumuran ingus di muka. Mana tissuenya ada di kursi belakang lagi.

Akhirnya, gw bayar tol dengan tangan kanan dan kepala gw menghadap ke kakak gw sambil sok2an ngomong, "duitnya itu tadi pas kan, kak?". Penjaga pintu tolnya melongo juga kali ya. Ada aja orang bayar tol tapi kepalanya ngadep ke arah lain. Baru dehh.. Setelah itu, gw bisa ngelap ingus. Tapi, ternyata tissuenya jauh di belakang, jadinya musti berhenti dulu buat nagmbil tissue di belakang. Kakak gw yang berusaha meraih tissue membuat mobil jadi goyang2. Gmana ya klo kliatannya dari luar. Mobil, diem, cuma ada 2 orang, goyang2 lagi. Duh, parah dehh. Klo ampe ada yg nyadar bisa disangka mobil goyang. Untunglah semuanya berlalu dengan lancar.

Book #2 Chronicles of Influenza: Pangeran Katjep (Prince Katjep)

Sabtu, 19 Juli 2008,

Masih dengan pilek gw, ternyata tambah parah. Padahal gw hari ini harus ngampus karena ada kelas pengganti Akuntansi Bangs... eh salah, Biad... Arghhh Biaya! Akuntansi Biaya! Uda berkali2 masih juga salah ngomong. Bersama dengan Dosen kesayangan kami, para murid AB, yaitu Pak Katjep Abdulkadir, The Prince. Pergi dengan bus membuat pilek gw tidak sembuh, malah tambah parah.

Pas gw masuk ke dalem kelas, gw duduk di sebelah Willy dan seorang anak 2007 yang namanya gw lupha, maklum, gw punya short term memory lost (baca: pelupa). Sembari mendengarkan kisah sang Pangeran Katjep yang mendayu2, lagu cinta meluluuuuu, ups, itu mah penggalan lagunya Efek Rumah Kaca. Jadi ngiklan gratis deh tuh grup band di blog gw. Yah, pokoknya sembil mendengarkan omongan sang pangeran yang membuai, pelan2, berdesah, sayu2, layaknya rayuan pulau kelapa yang membelai hasrat ingin memulihkan energi yang hilan (alias: tidur). Tapi, akhirnya gw gak jadi tidur karena ternyata idung gw mulai mbeler tanpa bersin. Kondisi yang sangat tidak gw sukai. Langsung saja gw melihat kiri kanan untuk meminta tissue, dan langsung menyesali kondisi yang ada. Gw dikelilingi para pria perkasa yang sehat dan mantap, sehingga tidak mungkin mereka membawa benda sefeminin tissue (apalagi tissue yang pake parfum).

Kemudian gw memberanikan diri bertanya ke sekeliling gw apakah mereka punya tissue, dan ternyata... mereka memang semuanya adalah pria macho dan perkasa. Tidak ada yang membawa tissue. Ingus gw yang sudah cukup cair itu mulai keluar sedikit demi sedikit. Ingin mengelapnya dengan tangan gw gak enak karena gak ada tissue buat bersihin tangan disitu. Akhirnya, sampailah gw pada satu solusi. Gw gerakan seluruh tubuh gw untuk menghasilkan sesuatu yang sangat sehat yang disebut... keringet. Nah, pas muka gw uda diselimuti keringet, terselubunglah bahwa ada ingus cair di situ. Berharap gw akan segera mendapatkan wahyu mengenai cara yang lebih baik untuk memecahkannya.

Akhirnya, sang pangeran menyelesaikan pidatonya yang sepanjang 2 setengah jam penuh itu, dan gw punya kesempatan untuk ke kamar mandi dan mengeluarkan semua ingus yang bersarang di muka gw itu. Lega juga. Pulanglah gw dengan damai bersama Nabir, Alia dan Sasa, Gank Sabtu.

Book #3 Chronicles of Influenza: Perjalanan Sang Penjelajah Jalur Sepeda (The Voyage of the Bicycle Track Treader)

Selasa, 22 Juli 2008,

Universitas Indonesia, Universitas yang dulunya nomor 1 di Indonesia. Rektor barunya memiliki sebuah proyek untuk membuat UI menjadi universitas berkelas internasional untuk mendongkrak kembali rankingnya. Dan proyek itu adalah.... Jalur Sepeda. Jalur yang dibuat mengelilingi UI hingga ke asrama ini diharapkan dapat menjadi sarana transportasi mahasiswa untuk mencapai predikat Green Campus. Proyek ini telah berjalan dan jalur sepeda telah aktif. Kini saatnya sang tokoh utama (baca: gw) menjajal tantangan jalur sepeda yang penuh intrik dan aksi (...lebai).

Yah.. Di hari keenam gw pilek, gw harus mencetak preproposal gw yang jumlahnya 130 halaman. Gw dan Uchal, pergi ke Mabes TI-FEUI alias Markas Besar Teknologi Informasi FEUi alias Labkom FEUI untuk mencetak preprop tersebut. Dan sampailah kami di tempat yang bergengsi ini karena tidak semua orang bisa masuk ke sana dan menggunakan fasilitasnya (baca: Cuma anak FEUI doank yang bisa masuk, bergengsi abisss!).

Nyampe di sana, gw langsung menghadap ke Big Bossnya Labkom, mungkin maksudnya penjaga labkom, dan langsung gw tanya apakah gw bisa ngeprint 650 halaman. Mas2 penjaganya panik lah! Katanya bisa masuk MuFE (Museum Rekor FEUI, bukan Musholla FEUI). Akhirnya gw cuma nyetak satu rangkap aja 130 halaman, gak jadi 5 rangkap sesuai rencana. Itupun, ngelyatin para penduduk pribumi FEUI yang klo di Indonesia ngantre BLT, ini semuanya lagi ngatre BLP atau Bantuan Langsung Print yang gratis dan mempesona, tetep aja gw gak tega ngeprint 130 halaman yang notabenenya tetep aja ngabisin waktu.

Akhirnya, kita berdua ngeprintnya 20-20 byar yang laen bisa ngeprint juga di sela2 gelombang 20 pertama ke gelombang 20 kedua dan seterusnya. 6 kali cetak dan akhirnya selesai juga dehh tuh prosesi ngeprint yang merakyat. Setelah membagi jatah print 50:50 ma Uchal, gw pun melangkahkan kaki di mana cinta akan bertumbuh, jah, itu mah lagu Sang Penghibur-nya Padi.

Ternyata Happy ma Icha mau ikutan kita berdua. Akhirnya, kami berempat pun pergi ke Kober buat nyari fotokopian yang murah cuz fotokopian di FE kapitalis semua. Selesai fotokopi, tiba2 sebuah rintangan menghadang kami berempat. Jalur Sepeda... Jalur Sepeda itu seakan2 memanggil Kami semua untuk menjajal tantangannya. Memberanikan diri, kami berempat, King Roy of The North, King Uchal of The East, Queen Icha of the West dan Queen Happy of the South pun berusaha menghadapi tantangan itu.

Dengan menunjukkan KTM sebagai bukti seorang pejuang, kami oun mendapatkan sepeda untuk dikendarai. Rintangan pertama dimulai. Belom jalan berapa meter, Rajawali gw mulai menjerit. Tempat duduknya kepedekan jadinya agak sakit dehh. Langsung saja minta ke mas2nya buat naikin bangku. Rintangan kedua dimulai, baru jalan beberapa meter, rantai sepeda gw lepas dan akhirnya gw harus meminta mas2nya buat betulin. 2 kali bolakbalik ke halte sepeda membuat gw capek. Akhirnya perjalanan pun dimulai. Kami langsung menuju ke stage pertama yaitu UI Woods. Sejuk banget kondisinya dan membuat influenza gw cukup membaik.

Stage pertama dilalui dengan mudah (karena emank gak ada apa2nya), kami langsung masuk ke stage kedua yang menggoda iman (bukan iman ketua kanopi yaaa), UI Lake. Di sana ada turunan yang dahsyat gila dan membuat gw meluncur dengan sangat kencang, hanya untuk terhenti ngos2an di tanjakan yang menanti setelah itu. Gak kuat nanjak gw pun nyerah dan jalan kaki. Karena waktunya uda gak cukkup, gw pun kembali lagi ke UI Lake tanpa melanjutkan ke Stage 3, yaitu Gerbatama. Nyampe situ langsung foto2 dan bergaya dengan Danau sebagai latar belakang.

Pas mau balik ke tempat semula, berarti harus melawati turunan yang sekarang sudah menjadi tanjakan dari sudut pandang kita, gw pun berlari ke arah gerbatama buat ngambil ancang2. Melaju kendang, sekencang cahaya, menembus angin, menantang badai, dan ternyata.... Terhantam karang. Baru setengah jalan tanjakan, gw uda ngos2an.. Sia2lah pengorbanan gw. Dengan mata berkuang2 gw membawa sepeda menyusuri tanjakan. dan akhirnya gw bisa mengedarainya lagi walaupun sempoyongan kayak lalat kena tepok.

Akhirnya, pengembaraan pun berakhir. Perjalanan ini membuat flu gw agak lebih oke. Mungkin karena keringetan dan olah raga. Berarti, pepatah yang mengatakan "Kalo sakit, olah ragalah!" itu benar adanya (emank ada ya pepatah kayak gitu?). Anyway, yang penting agak enakan dehhh.

Nantikan kelanjutan kisah The Chronicles of Influenza yang berikutnya. Perjalanan belum berakhir! Dua episode terakhir yang membuat napas tertahan (karena muak) akan segera diluncurkan. Sampai Jumpa Lagi!

To Be Continued...

The Last Man Standing...

Ini adalah filosofi hidup gw. Ada hubungannya dengan salah satu tulisan gw di Red Card Green Card. Uda lama gak nulis filosofi seserius ini.

Pernahkah lw merasa kesulitan? Pernahkan lw merasa hampir tidak ada harapan? Pernahkah lw merasa semua akan berakhir? Semua pasti pernah merasa demikian. Perasaan di mana kita merasa mencoba atau berusaha pun takkan ada gunanya. Perasaan di mana menyerah adalah satu2nya jalan keluar.

Gw pun pernah merasa demikian. Tapi, dalam kondisi itu pun, menyerah adalah satu2nya hal terakhir yg gw lakukan. Menyerah adalah kata yang sangat tabu bagi gw. Lebih baik gw mati berjuang daripada hidup menyerahkan diri.

Setiap kali gw menyerah, gw merasa malu pada diri gw. Gw selalu membayangkan jika suatu saat nanti gw menjadi pengambil keputusan di negara ini dan gw menghadapi sebuah masalah sulit. Dan kemudian gw menyerah. Apa jadinya?

Mungkin semua ini bermula dari semasa kecil gw. Di mana ekspektasi orang tua gw yang sangat besar kepada gw, dan terus mendorong gw untuk maju dan berkembang. Dan lebih baiknya lagi, ekspektasi orang tua gw yg tinggi membuat gw gak mau nyerah sampe akhir, sampe gw uda gak bisa apa2 lg. Karena jika gw kesulitan, di kepala gw terdengar suara bahwa gw gak boleh mengecewakan orang tua gw. Dan itu membuat gw gak mau berhenti sampe smua slesai.

"Bahkan saat dunia runtuh, aku ingin tetap dapat berdiri tegak, sebab aku ingin membangunnya kembali."

Gw gak mau nyerah sampe akhir. Gw gak boleh menyerah terlebih dahulu dibandingkan orang lain. Karena gw bertekad, bahwa gw haruslah membangkitkan lagi orang2 di sekeliling gw yang sudah menyerah. Bagaimana gw bisa membantu mereka jika gw menyerah. Teruama jika ternyata mereka memiliki ekspektasi besar dan menaruh harapan pada gw. Seperti yang gw tulis di atas, walau dunia runtuh, gw ingin untuk tidak terbawa runtuh, gw ingin membangun dunia itu kembali jika bisa.

Menjadi The Last Man Standing yang membangkitkan kembali semua yang telah berakhir. Menjadi yang terakhir untuk menyerah. Dan untuk itulah, gw berjuang, hingga saat ini. Biarlah orang mengatakan gw ambisius. Biarlah orang mengatakan gw keras kepala. Biarlah orang mengatakan gw naif.

Tapi gw punya prinsip, bahwa gw tak mau menyerah jika masih ada satu saja makhluk hidup di dunia ini yang belum menyerah.

Smile Eternally,
Wirapati

Analogi Memancing dan Cinta

Ini adalah posting kedua gw yang membahas MEMANCING sebagai analogi. Dulu, di blog bersama gw, gw sempat menuliskan analogi memancing dan kehidupan yang bisa dibaca di sini. Saat ini, gw mau menganalogikan cinta dengan memancing.

Sekali lagi akan gw informasikan seperti apakah memancing yang akan menjadi basis pemikiran gw.

Memancing itu adalah melemparkan sebuah umpan yang ditempelkan pada sebuah kail untuk kemudian dimakan oleh ikan dan digaet oleh sang pemancing. Pemancing akan menyiapkan umpan terbaiknya yang bisa dibuatnya pada saat itu. Kemudian melemparkannya ke kolam dan menanti datangnya ikan. Ikan yang berseliweran ke sana kemari akan melihat adanya umpan dan bereaksi terhadapnya. Berikut ini adalah 5 kondisi yang akan terjadi:
1. Si Ikan tidak menggubris
2. Si Ikan hanya menyenggol
3. Si Ikan mencicipi tapi kemudian meninggalkannya
4. Si Ikan makan dengan lahap dan pemancing tidak menyadarinya
5. Si Ikan makan dengan lahap dan berhasil digaet oleh pemancing

Mari kita bahas kondisi tersebut jika dikaitkan dengan cinta. Gw mengibaratkan Si Pemancing sebagai PRIA (berlaku sebaliknya) dan umpan sebagai DAYA TARIKnya (semua daya tarik, gak cuma gantenk/cantik doan) dan Si Ikan sebagai WANITA (berlaku sebaliknya juga).

Kondisi pertama adalah ternyata wanita sama sekali tidak menyukai sang pria karena ternyata daya tarik si pria tidak menarik si wanita. Hal ini bisa jadi karena pemancing menyiapkan umpannya asal2an (misal nyampur sambel di dalem umpan) ato di dunia nyata adalah si pria tidak berdandan dengan baik atau behave dengan baik. Masih banyak faktor lain seperti ikannya gak nafsu makan ato boleh juga dibilang si wanita lagi gak mau pacaran karena takut kegaet dan abis dimakan kyk temen2nya. Hal ini paling sering berlaku terhadap JOMBLO SEJAK LAHIR.

Kondisi kedua adalah ternyata si wanita cukup tertarik dengan adanya pria itu dan berusah mendekatinya untuk memeriksanya lebih lanjut. Tapi, ternyata eh ternyata, jauh di mata, dekat di mulut, maksudnya jauhnya menarik mata tapi deketnya mendorong mulut (untuk muntah). Sehingga, tanpa mencicipinya di ikan langsung ngabur aja hanya dengan meninggalkan getaran pada pelampung milik pemancing yang memberikan harapan bagi si pria bahwa bisa aja si wanita menyukainya.

Kondisi ketiga adalah ternyata dari luar si wanita suka ma si pria, entah gantek, entah lucu, berbehave dengan baik, dll, tapi ternyata pas dicicipin rasanya kayak septitank. Ini sama aja kayak si wanita sudah mulai mengidolakan si pria tapi ternyata ketauan deh jorok2 ato sampah2nya di pria. Jadinya abis nyicipin (yang di mata si pria pelampung naik turun dengan luar biasa dan memberikan harapan yang besar) si wania langsung ngabur tanpa sempet kegaet.

Kondisi keempat adalah "CINTA TAK BERBALAS". Si wanita suka luar dalem dan uda ampe kesengsem parah ma tuh pria, tapi ternyata si pemancing tidak menyadarinya dan tidak merespon apa2 terhadap pelampung yang bergetar hebat karena umpan dimakan bulat-bulat ampe kailnya aja mo ditelen. Ternyata si prialah yang tidak menyadarinya dan pada akhirnya si wanita pun tidak jatuh ke tangan si pria. Hal ini juga dapat di interpretasikan sebagai si pria masih ragu apakah benar si wanita menyukainya dan tidak dengan segera menembaknya sampe si wanita bosen. A very general case and a very general reason of BORN AS SINGLE.

Kondisi kelima adalah Happy Ending. 22nya sama sadar dan pada akhirnya keduanya menyatu dan jadilah sepasang pria dan wanita. Tapi, bukan berarti pacarannya bisa langgeng terus. Cuz, bisa aja pas ditarik benangnya putus pertanda bahwa 22nya gak cocok dan mengakhiri hubungannya. Jika si pria bisa memaintain tarikannya dengan baik, pasti benangnya gak putus.

Yah, klo kronologis cinta dilihat dari analogi memancing, ya begitu deh jadinya. Bisa indah, bisa mengecewakan dan bisa bermacam2 kejadiannya.

Begitulah interpretasi memancing dari sudut percintaan. Sekali lagi gw mengatakan bahwa segala sesuatu di dunia ini bisa kita interpretasikan dari sisi lain.

So, open up your mind!

Smile Eternally,

Wirapati...