A Brand New 'New Year' for Me

Dua puluh tahun baru sudah aku lalui dan banyak keinginan-keinginan serta doa-doa yang kupaparkan. Sebagian tercapai, sebagian lagi tidak.

Tetapi tahun ini aku punya keinginan yang berbeda. Aku tidak lagi menginginkan hal-hal sederhana seperti yang aku teriakkan di masa lampau. Aku akan memaknai tahun baru ini dengan impian dan harapan yang baru terhadap 2010.

Wishlistku... Tampaknya akan kusimpan untuk diriku sendiri saja. Karena sesungguhnya harapan takkan tercapai jika kita mengatakannya kepada orang lain, seperti make a wish pada saat meniup lilin ulang tahun saja. Tapi, setidaknya aku dapat mengatakan ini:

SEMOGA MIMPI-MIMPIKU TERCAPAI DI MASA DEPAN!!!

Tepat pada saat lonceng tahun baru berbunyi, aku akan memulai kehidupan yang sangat baru. Aku harap tahun depan lebih baik dari tahun ini. Amin.

Teruslah bermimpi,
Wirapati

One Step Closer


"Never thought I'd be here..."

Itulah yang selalu aku pikirkan saat ini. Aku mencoba untuk melihat ke belakang dan berusaha meyakinkan diriku sendiri bahwa ini bukanlah mimpi.

Dua puluh tahun yang lalu mungkin tangisanku menggema di angkasa. Delapan belas tahun yang lalu mungkin aku baru mulai berbicara. Tujuh belas tahun yang lalu aku mulai membaca. Lima belas tahun yang lalu aku mengenal matematika. Dua belas tahun yang lalu aku mengenal ilmu alam dan ilmu sosial. Sepuluh tahun yang lalu aku mengenal cinta. Delapan tahun yang lalu aku mengenal ambisi. Lima tahun yang lalu aku menemukan cita-citaku. Dan tiga tahun yang lalu, aku telah menjadi mahasiswa Ilmu Ekonomi FEUI, satu langkah kecil pertama menuju masa depanku. Dan selama itulah aku terus bermimpi hingga sekarang.

Dan tidak aku sangka sedikit pun, seorang bocah yang 3,5 tahun yang lalu, masih merupakan anak SMA yang tiba-tiba kuliah, sekarang sedang berada pada titik yang menentukan masa depannya. Memang, ini hanyalah sesuatu yang kecil, tapi aku tahu bahwa aku sedang menghadapi masa depan saat ini.

Inilah ujian terakhirku sebagai mahasiswa FEUI. Ujian yang menentukan masa depanku. Detik demi detik mendekati hari itu dan hatiku semakin kencang berdebar. Kepalaku semakin keras berpikir.

Jika ini berakhir, aku akan semakin dekat dengan mimpi-mimpiku.

Tetapi, dapatkah aku mencapainya? Hanya satu yang dapat kulakukan saat ini: Melakukan yang terbaik. Aku bukanlah seorang jenius seperti banyak orang di dunia ini. Jika ada yang kuperoleh sampai saat ini, itu karena aku bekerja lebih keras dibandingkan orang lain, walau mungkin masih kurang keras.

Aku akan melaluinya. Aku akan persembahkan seluruhnya untuk ujian itu. Akan kulangkahkan kakiku selangkah lebih dekat menuju mimpi itu.

Masa depan sudah dekat kawan, faktanya, dia ada di hadapan kita.
Teruslah bermimpi,
Wirapati...

Sebuah Puisi untuk Impian dan Harapan


Bila kuseka air mataku
Dan kulayangkan pandanganku
Aku bisa melihat mimpi-mimpiku
Jauh di ujung cakrawala tanpa batas

Kutegakkan badanku
Kulangkahkan kakiku
Aku bisa menjalani hidupku
Walau hanya selangkah mendekatinya

Kuangkat lenganku
Kugapai dengan tanganku
Aku bisa merasakan harapanku
Dapat meraih tujuan dan cita-citaku

Itulah aku
Aku hidup karena mimpiku
Aku takkan mati demi mimpiku
Aku akan hidup bersama mimpiku

Kugapai, kuraih, Kurentangkan tanganku
Walau hanya selangkah lebih dekat pada mimpiku
Kujalani hidupku

Dengan berbekalkan segenggam mimpi,
Aku melangkah di jalan yang aku percayai.

Perkamen Sang Pemimpi, 27 Desember 2009.
Hanya sebuah gejolak perasaan saat sedang mengerjakan tugas akhir kuliah S1-nya.