A Brand New 'New Year' for Me
One Step Closer
"Never thought I'd be here..."
Sebuah Puisi untuk Impian dan Harapan
Bila kuseka air mataku
Chasing Carita Part 1
Judul 'Chasing Carita' didapat setelah berdebat sepanjang jalan menuju Carita sampe akhirnya Nabir mengeluarkan ide ini. Thanks for Nabir for the name!
Rabu, 5-8-2009
Pagi2 sblm berangakt gw uda siap dari jam stgh 6 gr2 aldi blg dya bakal dateng jam 6. Dan jam 6 lewat 15 dan aldi dengan mudahnya berkata baru bangun. Oh crap!
Then, gw pun mengupdate facebook, plurk dan kungfu pets dulu. Jam 7 pun gw berhenti karena aldi bilang dya berangkat jam 6.45. Dan doi bersama uchal baru nyampe 7.45. Nice!
Spanjang perjalanan kami mencari pompa ban buat mompa bola. Dan dengan hebatnya kami gak punya pentil. Setelah bersusah2 beli pentil, ternyata gak bisa dimasukin ke bolanya. Berusaha menyelidiki ternyata pentil bolanya bisa dilepas dan ban bisa dipompa tanpa pentil. Capek dehh.
Pas ngisi juga kita malu2 karena bolanya yg kita bawa ini kyk bola anak2 yg warnanya ijo lucu dengan pola bintang2 dan boneka. Maklumlah, kami bertiga pria dewasa sejati.
Sampailah di kampus buat ngumpul. Shamien pake acara ngambek segala gara2 doi uda nyampe dari pagi dan belom ada yang dateng. Trus tiba2 doi ternyata.cuma pura2 ngambek. Dasar cari sensasi!!
Berikut ini adalah orang2 yg ikut:
Gw, uchal, aldi, nabir, happy, manda, ichal, rama, shamien, widi, kunam, rensus, agil, sasa, dape, rama, cabe, ruhum, alia dan allan (tamu).
Kami pun lepas landas dengan 3 mobil, aldi, rama dan cabe.
Gw di mobil aldi bersama uchal, aldi, nabir, happy, manda dan ichal. Sepanjang perjalanan penuh dengan lawakan, ngeceng2in uchal (ehem), dan curcolan gw sendiri. Paling seru sihh ngeceng2in hepi! (yg di mobil aldi pasti tauk)
Lagu yang menemani kami mulai dari viva la vida (coldplay), wajahmu mengindahkan duniaku (alexa) *duh pengen curcol dehh*, ampe queen dan phil collins.
Kami pergi sejak jam 09.45 dan sampai di Carita jam 1330. Sekarang kami baru nyampe. Ahh birunya pantai menyejukkan mata kami, kuningnya pasir menghangatkan hati kami, terutama hati gw yang kesepian.
Di sini Bagus Arya Wirapati melaporkan dan kami akan segera menikmati hidup setelah makan. The journey has just begun!! Smile eternally guyz!!
--To Be Continued--
Mobile Upload //TEST//
Salah satu masalah utama gw dlm blogging adalah gw suka lupa ide yg pengen gw tulis di blog.
Post ini gw tujukan untuk ngetest mobile upload. Mobile upload ini gw harapkan bisa memecahkan semua masalah lupa ide ini. Jadinya klo gw lg gak deket komputer trus tiba2 dapet ide. SYUUT! Bisa langsung diupload dehh lewat hape!
Semoga feature ini membantu produktivitas gw. Amin.
//ENDTEST//
Everybody Can Change The World
The Storm and The Sky
From Subjective to Objective
To Love What You Learn
Crossing the Rubicon
Setiap orang pasti pernah menyeberangi Rubicon ini. Kita sering dihadapkan pada kesempatan sekali dalam seumur hidup. Kesempatan yang tidak akan datang lagi jika kita tidak mengambilnya saat itu. Akan tetapi, terkadang kita menghadapi kendala di mana untuk mengambil kesempatan ini, kita harus mengorbankan sesuatu. Saat itulah keputusan kita akan menjadi sebuah takdir yang tak terbantahkan.
Saat kita mengambil keputusan, kita harus tahu bahwa takkan pernah menemui kesempatan untuk memperoleh hal yang kita korbankan tersebut. Kita tak boleh menyesal saat kita sudah menyeberangi Rubicon tersebut. Kita takkan bisa kembali lagi. Karena itulah, yang bisa kita lakukan adalah menghadapi jalan yang ada di depan kita dengan sebaik mungkin. Selalu ada cara untuk menyelesaikan segala masalah yang kau hadapi saat kau mengambil keputusan itu. Misalnya, betapa Sri Mulyani mungkin tidak akan menjadi wanita dengan pengaruh terbesar di Indonesia jika dia tidak meneruskan kuliah ilmu ekonomi yang sebenarnya bukan jurusan yang diinginkannya.
There is no turning back. All you have to do is to face the road in front of you with all you've got. Regretting won't bring you anywhere. You can't turn back time. So don't you ever wish to turn back time.
Never look away! Not from the nightmare, nor from the truth.
Smile eternally,
Wirapati...
Ketika Memilih Bukanlah Sebuah Pilihan
Hari ini adalah hari yang sangat aku nantikan. Mungkin ini hari yang paling aku nantikan selama 10 tahun terakhir. Tanggal 8 April ini adalah Pemilihan Umum (Pemilu) pertama bagiku. Tentunya untuk beberapa teman-teman yang juga baru saja menginjak umur 17 tahun ke atas merasakan hal yang kurang lebih sama walaupun ada juga perasaan ingin golput.
Untuk itulah, setelah semalaman bekerja untuk KANOPI (organisasi mahasiswa jurusanku di Ilmu Ekonomi FEUI), aku langsung pulang pagi-pagi agar sempat untuk mencontreng karena kabarnya TPS ditutup jam 12 siang. Aku menyempatkan diri untuk mencontreng padahal masih agak mengantuk setelah semalam bekerja. Hal ini semata-mata karena ini adalah Pemilu pertamaku dan aku memang bertekad untuk menyuarakan aspirasiku pada Pemilu ini dan setiap Pemilu yang akan aku lalui nantinya.
Sesampainya di rumah, aku langsung bersiap mencontreng. Sebelum pergi, aku bertanya pada orang rumah tentang kartu pemilihku. Ternyata, dari 6 orang yang potensial untuk memilih di rumahku, hanya ibuku yang memperoleh kartu pemilih. Hal ini memang sudah menjadi isu yang cukup hangat selama beberapa hari menuju Pemilu 2009 ini. Pihak KPU telah menyatakan bahwa pemilih bisa memilih dengan menunjukkan KTP ke TPS di RT masing-masing.
Percaya dengan penyataan KPU, aku pergi ke TPS untuk mengeksekusi Pemilu pertamaku. Sesampainya di TPS, aku langsung menunjukkan KTPku pada pihak panitia dan ternyata namaku terdaftar. Saat itu TPS mulai kosong karena sudah jam 11 lewat, sehingga aku menyelesaikan Pemilu pertamaku dengan cepat. Saat aku pulang, aku melihat sekumpulan bapak-bapak dan beberapa ibu-ibu yang tampak tengah berdiskusi di dekat TPS. Tanpa sengaja aku mencuri dengar pembicaraan mereka. Ternyata mereka sedang berdiskusi mengenai Pemilu hari ini.
Dalam diskusi tersebut, aku mendengar bahwa terdapat beberapa orang di antara mereka yang namanya tidak terdaftar di TPS, padahal mereka memiliki KTP setempat dan sudah lama tinggal di daerah tersebut. Mereka mengeluh karena mereka sudah jauh-jauh berjalan ke TPS dan menemukan mereka tidak berhak untuk memilih. Hasilnya, mereka harus mencontreng partai Golongan Putih. Ternyata, hal ini tidak hanya terjadi di daerahku saja. Seorang temanku juga mengalaminya, di mana ayahnya sendiri juga tidak terdaftar dan harus melewati proses yang cukup lama untuk bisa memilih. Fenomena ini terjadi di banyak sekali TPS di Indonesia.
Aku adalah seorang yang idealis, yang percaya bahwa golput bukanlah pilihan bagiku. Saat banyak pihak di televisi dan koran menghimbau kepada masyarakat untuk tidak golput, aku sangat menyetujuinya. Terutama saat KPU mengatakan bahwa seorang pemilih yang cerdas tidak akan golput, aku juga dengan semangat menyetujuinya. Tapi, bagaimana jika yang terjadi adalah sebaliknya? Bagaimana jika "Memilih bukanlah sebuah pilihan"?
Dengan segala himbauan yang diberikan KPU untuk tidak golput, KPU terbukti tidak menciptakan sistem yang baik untuk para pemilih. Dalam Pemilu kali ini, banyak pemilih yang tidak diberikan pilihan lain selain golput. Hal ini dikarenakan mereka tidak terdaftar, sehingga banyak di antara mereka yang tidak bisa memilih karenanya. KPU sering mengatakan bahwa memilih adalah hak dari masing-masing warga negara dan sebaiknya warga negara menggunakan hak pilihnya dengan bijaksana. Akan tetapi, KPU tidak memberikan hak pilih kepada orang-orang yang sangat dihimbaunya untuk memilih. Di Jombang, malah bayi berumur 5 tahun yang terdaftar sebagai pemilih sementara di tempat lain banyak pihak yang sebenarnya berhak memilih tidak memperoleh haknya.
Ada baiknya bagi KPU untuk memperbaiki sistem yang dimilikinya terlebih dahulu sebelum menghimbau semua orang untuk menggunakan hak pilihnya. Karena, walaupun semua orang sudah membudayakan dirinya untuk memilih, jika tidak ada fasilitas yang mengakomodir budaya tersebut, maka tetap saja budaya itu tidak akan berkembang. Memberikan himbauan secara besar-besaran tanpa ada perbaikan sistem, tidak akan memperbaiki apapun. Malah, dengan sistem yang ada sekarang, orang yang seharusnya ingin memilih jadi tidak memilih. Akibatnya akan lebih buruk dibandingkan sebelumnya.
Untuk bisa menciptakan pemilih yang berpendidikan, harus diciptakan dulu sistem yang terdidik juga. Sebuah sistem yang mampu mengakomodir segala hak para pemilih adalah harga mati bagi KPU untuk bisa menjalankan Pemilu yang berkualitas. Dengan sistem yang baik, bukan hanya pemilih yang berniat memilih dapat memperoleh haknya, tetapi pemilih yang memilih untuk golput dapat mengubah sikapnya dan memutuskan untuk memilih. Sistem yang baik di mana para pemilih dapat mengetahui dengan baik siapa yang akan dipilihnya juga merupakan sebuah keperluan. Karena, selain dapat membuat pemilih golput untuk menggunakan haknya, hal ini juga dapat mengurangi kemungkinan para pemilih untuk salah memilih calon pemimpin negeri ini.
Memilih adalah hak bagi seluruh warga negara Indonesia. Untuk itu, pemilih juga berhak untuk memperoleh fasilitas untuk memperoleh haknya. Sebelum KPU berusaha memperbaiki para pemilih, ada baiknya KPU memperbaiki dirinya dulu atau sistem yang dibawanya. Warga Negara Indonesia berhak untuk memperoleh haknya.
Smile Eternally,
Wirapati..
Sebuah Forum dan Budaya Berkomunikasi
Mengapa komunitas ini menjadi sangat digemari? Alasan utamanya adalah kemampuan KASKUS untuk mengakomodir hampir semua kebutuhan, keinginan dan minat dari para surfer internet. Komunitas ini menyediakan forum yang membahas segala macam hal, mulai dari topik-topik politik yang paling serius hingga topik-topik fun yang sangat ringan untuk dibaca. Komunitas ini juga menyediakan Forum Jual Beli (FJB) yang memungkinkan pengguna internet untuk berjual beli mulai dari barang yang bernilai puluhan ribu hingga tanah yang berharga ratusan juta. Dengan kemampuannya untuk mengakomodir hampir semua kepentingan ini, jelas KASKUS menjadi komunitas nomor satu di Indonesia yang paling diminati.
Aku bukanlah seorang KASKUSer sejati. Aku hanya terkadang membuka KASKUS untuk melihat-lihat, tapi aku tidak pernah menjadi anggota KASKUS dan secara langsung terlibat dalam forumnya. Tapi, sebagai pengguna internet, aku tetap merasakan pengaruh yang diberikan KASKUS kepada para pengguna internet.
Hal utama yang dipengaruhi oleh KASKUS adalah budaya berkomunikasi para pengguna internet. Bahasa-bahasa yang digunakan para KASKUSer dalam forumnya memang sangat unik. Penggunaan sebutan "gan" yang merupakan singkatan dari "Juragan" digunakan untuk menyebut KASKUSer lainnya. Selain itu, para KASKUSer akan menyerukan kata "Pertamax" jika mereka adalah pihak yang pertama kali me-reply sebuah thread. Dan masih banyak istilah lain yang digunakan para KASKUSer dalam forum tersebut.
Lantas seperti apa pengaruhnya?
Jika kalian sering menggunakan website-website di mana user lain dapat memberikan reply terhadap sebuah thread, kalian pasti sering menemukan beberapa user lain menggunakan bahasa yang serupa dengan para KASKUSer. Pada website seperti Facebook di mana para user dapat memberikan komentar terhadap hampir semua aktivitas user, penggunaan bahasa ini kerap kali ditemui dalam beberapa komentar, terutama pada aplikasi notes. Hal ini dapat juga dapat ditemui pada website-website yang menyediakan streaming lagu seperti 4shared. Bahasa KASKUS telah merambah sampai ke website-website lainnya.
Lebih hebatnya lagi, KASKUS tidak hanya mempengaruhi budaya berkomunikasi orang-orang di dunia maya saja, tetapi juga pada dunia nyata. Para KASKUSer di dunia nyata juga membawa kebiasaannya dalam berbicara di dalam percakapan. Bahkan, budaya ini tertular kepada orang-orang lain yang aslinya bukan KASKUSer. Aku juga salah satu korbannya. Walaupun aku bukan KASKUSer, aku terkadang menggunakan bahasa-bahasa KASKUS. Jadi, dampak dari budaya penggunaan bahasa ini tidak tertutup pada KASKUSer saja, tapi juga merambah ke semua pihak yang mungkin perbah berhubungan atau berkomunikasi dengan para KASKUSer.
Betapa besarnya pengaruh sebuah website di era globalisasi ini. KASKUS hanyalah satu dari beberapa contoh aplikasi dunia maya yang bisa mempengaruhi hidup seseorang. Jika Google mampu mengubah pola pikir masyarakat dunia dalam mencari sebuah data, KASKUS juga dapat mengubah kebiasaan seseorang dalam berbicara. Internet telah mengubah hidup manusia di dunia ini. Ada baiknya untuk kita dapat memilih mana pengaruh yang baik bagi kita dan mana pengaruh yang tidak baik bagi kita (dalam hal ini KASKUS tidak memberikan pengaruh yang buruk, tetapi pantas untuk dijadikan contoh betapa internet mampu mempengaruhi hidup seseorang).
Jangan biarkan globalisasi mengubah pola pikir kita dan membuat kita meninggalkan nilai-nilai sosial dan budaya yang sebenarnya. Jangan biarkan globalisasi mengubah kita, tapi buatlah globalisasi bekerja untuk kita. Dengan demikian, kita dapat mengembangkan diri tanpa meninggalkan budaya kita.
Smile Eternally,
Wirapati..
The Return of The Dreamer!
Pada kesempatan ini pula, saya perkenalkan URL baru dari blog saya ini, yaitu:
http://bawirapati.blogspot.com
Perubahan ini diharapkan dapat mempermudah pembaca untuk mengindentifikasi blog ini dan lebih mudah diingat dibandingkan URL sebelumnya.
Semoga kalian bisa menikmati kembali blog saya ini!
Smile eternally,
Wirapati..
Puchasing Power Parity in 'Apologizing'
I guess everybody knows how to apologize. I guess everybody realizes that they have mistakes with someone. And lastly, I guess everybody really understands that when you have mistakes with someone, you need to apologize.
But why did it is really hard to apologize?
The word apologize or sorry are indeed the most expensive words in this world. Why? Cuz, everybody tries to protect their dignity. They feel that saying such a word as sorry would harm their dignity, that it means they are wrong and they are not that cheap to say something like sorry.
Well, it is not true, I guess. Since the easier you say sorry, the higher you are than others.
I'd like to use purchasing power parity theorem for this case. Purchasing power parity is a theorem which determines exchange rate of a currency by calculating its purchasing power on spesific good. For instance, we use BigMac (just like people do to explain PPP) to determine rupiah against dollar. In USA, one BigMac is (let's say) 3 Dollar and in Indonesia, BigMac is 30.000 Rupiah. It means that, 3 Dollar is 30.000 rupiah or the exchange rate of Rupiah against Dollar is 10.000Rp/$. Dollar is stronger than Rupiah.
Now, why don't we try to apply this on the goods of apologizing such as sorry or apologize. Roy, with his dignity, can easily say sorry for his mistakes. While, Yor, also with his dignity, rarely apologize for his mistakes. It means that with Roy's dignity, he can buy more apologizing words while Yor can only buy few. Roy's dignity is stronger than Yor's in terms of Purchasing Power Parity. Then, we can conclude that Roy's dignity is higher since he can say apologize easily.
See, apologizing doesn't harm your dignity, it values you dignity higher. Saying sorry is not harmful. It makes you a better man in front of any others since you have higher exchange rate of dignity.
So, why do you bother to apologize?