A Vision to the Sky

What is sky? Where is sky?

Kita mulai dengan pertanyaan tersebut. Selalu kita mengatakan bahwa langit adalah sesuatu berwarna biru yang berada di atas kepala kita dan dipenuhi dengan kapas berwarna putih dan sebuah lampu berwarna kuning yang berpijar. Memang benar! Hal yang kalian sebut itu memang benar adanya adalah sebuah "langit".

Tapi, dari manakah langit dimulai? Di manakah batas awal langit? Sampai manakah batas langit di atas sana? Dapatkah kalian menjawabnya?

Aku memiliki pendapatku sendiri mengenai sesuatu yang disebut langit yang terinspirasi oleh sebuah buku. Langit adalah sebuah keberadaan yang terbentuk dari udara. Mengapa udara? Karena warna biru langit berasal dari pencaran cahaya oleh uap air yang terkandung di udara. Sehingga, langit adalah udara yang berada di atas tanah.

Dari hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa langit adalah seluruh kandungan udara di seluruh ruang di atas muka bumi ini yang direpresentasikan oleh kenaikan kerapatan udara setiap kenaikan ketinggian tertentu. Batas akhir langit adalah sebuah ruang di mana udara sama sekali tidak ada atau dalam matematika biasanya kita mengatakannya mendekati nol, sehingga kita dapat mengatakan bahwa langit tidak memiliki batas. Tidak peduli ada atap, ada reruntuhan, di dalam gua, maupun di ruangan tertutup apapun, melihat ke arah perubahan kerapatan udara tersebut, merupakan sebuah kegiatan menatap langit. Kita dikatakan menatap langit selama kita tidak menatap bumi, dengan kata lain, selama kita tidak menundukkan kepala kita.

Mengapa aku membahas ini? Aku memiliki sebuah filosofi yang ingin kuturunkan dari filosofi mengenai langit ini. Filosofi tersebut adalah: Always look up to the sky, even when you're down to earth!

Kalian mungkin pernah mengalami kegagalan. Kegagalan yang membuat kalian sangat hancur. Mungkin karena kegagalan tersebut berhubungan dengan impian kalian, atau kehidupan percintaan kalian, atau kegagalan apapun yang dapat membuat kalian menundukkan kepala. Aku memiliki filosofi bahwa kita tidak boleh menundukkan kepala, pada saat apapun. Selalulah menatap langit dan jangan biarakan pandangan matamu atau kepalamu menghadap bumi karena itu menunjukkan bahwa kalian sudah kalah dalam kehidupan.

Menatap lagit adalah representasi dari selalu melihat ke masa depan. Tidak perlu melihat sesuatu yang sudah kita pijak terlalu lama. Biarkan sesuatu yang menjadi pijakan tersebut menjadi pedoman kalian dalam menghadapi masa depan. Janganlah terpaku dengan hal tersebut.

Oleh karena itulah, aku mengatakan jangan menatap bumi karena itu berarti kalian terperangkap dalam masa lalu. Merasa sedih akan apa yang sudah terjadi dan tidak berusaha untuk melihat ke depan, ke arah kehidupan yang ingin kalian tuju. Sikapi kegagalan dengan lapang dada dan jadikan sebagai pedoman dalam menggapai langit.

Ada representasi lain dari filosofi ini. Yaitu, bahwa kita harus menaap ke depan. Kita harus memiliki mimpi. Jangan puas dengan apa yang sudah kita miliki sekarang. Karena dengan begitulah kita dapat terus maju. Tapi ingatlah, bahwa majulah menuju langit dengan berpijak pada bumi dengan kaki sendiri, bukan berpijak pada orang lain atau menggunakan sumber daya orang lain. Artinya, capailah impian dengan kekuatan sendiri, bukan dengan mangambil hak orang lain.

Sekali lagi langit dimulai dari permukaan bumi, sehingga impian atau tujuan yang dicapai pun juga tidak harus tinggi. Tapi, jika kita representasikan dengan langit, jika dimulai dari bumi, maka ujungnya adalah langit yang tak terbatas. Dengan kata lain, impian pun tak terbatas. Kalian bisa memimpikan sesuatu yang tidak terbatas yang membiarkan kalian untuk maju dan berusaha menggapainya. Jangan terus-terusan melihat bumi karena itu berarti kalian puas dengan apa yang kalian peroleh dan berhenti bermimpi.

Aku ingin menjelaskan bahwa filosofi ini tidak berkaitan dengan status sosial. Bumi bukanlah representasi dari kaum miskin dan langit sebagai representasi dari orang kaya. Filosofi ini hanya menunjukkan sebuah visi, visi untuk mengembangkan diri kalian.

Aku menyebut filosofi ini sebagai A Vision to the Sky, sebuah pandangan ke angkasa. Aku ingin mengatakan bahwa kita haruslah memiliki sebuah visi yang menentukan arah kehidupan kita. Sebuah visi untuk mengembangkan diri kita dan segala yang berada di sekeliling kita. Selalulah menatap ke arah langit, walaupun kalian jatuh sampai ke bumi. Jangan berhenti bermimpi, karena mimpilah yang membangun peradaban manusia.

Visi ini kukembangkan untuk memberikan nilai tambah pada filosofi yang kubuat: A Vision to Create, A World to Generate yang kutuliskan dalam blogku yang lain di Windows Space. Mungkin di postku yang berikutnya akan kujelaskan mengenai visi dasar ini.

Sebelum kututup, ingin kutuliskan sekali lagi pernyataan ini:

Always look up to the sky, even when you are down to earth!!

Smile eternally,
Wirapati

0 Comments: