Selasa, 3 Juni 2008, Lega...
Another Semester has been passed...
Hari ini hari terakhir ujian bagi gw. Memang masih ada ujian bagi bbrp mahasiswa di FEUI. Teman gw, Uli, Widi, Radhi dan Winta adalah contohnya. Mereka masih harus menghadapi ujian Akuntansi Bangs... Ups, salah. Akuntansi Biad... Uh-oh, nyaris salah ngomong. Biaya maksud gw, Ya, mereka masih harus ujian Akuntansi Biaya hari Kamis (Singkatan: Kamis Mengemis) besok.
Huff.. Kalo gw sudah lega sekarang. Semester ini terasa panjang dan pendek bagi gw. Di satu sisi, gw merasa bahwa semester ini terasa panjang saat dijalani, tetapi di sisi lain, semester ini terasa sangaaaaaat pendek saat lw sudah melaluinya. Banyak hal yag terjadi di semester ini. Seperti yang gw pernah katakan dahulu kala, mungkin di blog gw yang lama ato di buku harian gw, "waktu bagi kita untuk melihat ke belakang adalah saat kita tiba di pemberhentian kita". Gw tiba di pemberhentian ke sekian, dan saatnya bagi gw untuk melihat kembali ke belekang, mengevaluasi yang sudah terjadi.
Di semester ini banyak pilihan menghadang gw, Gw dihadapkan dengan kondisi di mana gw harus memilih antara Kanopi dan Senat, yang pada akhirnya gw memilih Kanopi setidaknya untuk tahun ini. Gw merasa ini bukan adverse selection. Di Biro Dana Kanopi, gw bisa berkarya sebebas mungkin untuk mengembangkan imajinasi gw dan kreativitas gw. Di sini pun adalah pertama kalinya gw memimpin sebuah tim dalam organisasi. Whoa! I'm looking forward to my real work in the future.
Di semester ini pula gw mantapkan keinginan gw untuk maju bidding Economix dan membentuk tim terkuat di bawah pimpinan gw. Economix adalah proyek impian gw sejak gw di tahun pertama. Sangat gw nantikan masa2 gw bekerja jika gw menang bidding nantinya, amin. Walaupun banyak rintangan menghadang dalam Economix, gw dan tim gw akan tetap semangat menghadapinya.
Well, dari semua evaluasi yang ada, gw paling mesmerized dengan keputusan gw untuk menciptakan turning point bagi diri gw sendiri di pertengahan semester. Yaitu, adalah meninggalkan ego gw untuk menunda-nunda belajar sampai ujian. Di pertengahan semester, gw membentuk persaudaraan yang bernama Knights of The Round Table yang sejauh ini isinya cuma gw, Happy dan Shamien. Di dalamnya, kami sering melakukan review tentang pelajaran atau mempelajari yang belum dipelajari. Luar biasa sekali. Gw merasa sangat terbantu. Masa-masa ujian yang notabenenya gw selalu begadang, pada saat UAS kemarin gw bisa cukup beristirahat karena sudah cukup menyiapkan diri di sebelumnya.
Gw selalu merasa bahwa belajar dan ujian adalah sama dengan memasukkan isi tas ke dalam tas. Mari kita gambarkan seperti ini. Minggu depan lw akan mendaki gunung tinggi di mana lw butuh persiapan yang baik dalam hal perlengkapan dan perbekalan. Dalam hal ini, lw pny dua pilihan. Pertama, menyiapkannya pada H-1 dan kedua, mempersiapkannya dari sekarang.
Pilihan Pertama:
Lw akan menyiapkannya pada H-1. Pada saat itu, lw ingin menyiapkan seluruh perbekalan dan peralatan secara instant. Lw sediakan apa adanya, jika ada yang kurang lw akan pergi ke toko dan membelinya. Waktu yang lw habiskan untuk menyiapkan peralatan membuat lw kehabisan waktu untuk memasukkan ke dalam tas dan lw cenderung memasukkannya asal agar cepat, sehingga isinya tidak teratur dan membuat lw membutuhkan tas kedua untuk menampung barang-barang lw. Kemudian, lw berangkat dengan kedua tas itu untuk mendaki gunung.
Pilihan kedua:
Lw menyiapkannya dari sekarang. Lw membuat perkiraan barang yang akan dibutuhkan adan membuat daftarnya agar mudah diingat. Lw sempat membuka internet atau sumber informasi lainnya untuk memperoleh informasi mengenai barang bawaan yang baik saat mendaki gunung. Dalam jangka waktu seminggu lw punya banyak waktu untuk mengumpulkan baeang bawan lw dan mencheck-listnya. Saat ada barang yang dirasa kurang, lw dapat langsung ke toko untuk menambahkannya kembali. Kemudian, di H-2 atau H-1 lw tinggal memasukkan barang-barang yang sudah siap dan terklasifikasi secara teratur itu ke dalam tas. Waktu yang banyak menyempatkan lw untuk mengatur kondisi tas. Barang-barang darurat diletakkan di bagian paling atas. Barang-barang pendkung yang mungkin diperlukan belakangan atau sekedar berjaga-jaga diletakkan paling bawah. Kemudian, lw bisa mengaturnya hingga semua masuk ke dalam tas lw dan lw bisa beristirahat setelah tas lw selesai dipersiapkan untuk perjalanan besok.
Jika kita analogikan isi tas sebagai ilmu dan tas sebagai otaknya. Kita bisa melihat bahwa pilihan pertama hanya enak di awal. Mungkin lw merasa santai di awal2, mengistirahatkan diri lw. Kemudian saat H-1, lw baru mengumpulkan informasi mengenai apa saja yang harus lw pelajari. Dan saat lw menyadari pengetahuan lw kurang, lw langsung membuka buku untuk mendapatkan ilmu. Saat waktu sudah hampir habis, lw baru saja selesai membaca semuanya dan secara memaksa, lw berusaha menghapalkan semuanya dalam sekejap.Hasilnya, ada kemungkinan ada ilmu yang tertinggal.
Kemudian, lw akan membebani otak lw dengan bawaan yang tidak teratur sehingga menambah jumlah tas lw yang membebani diri lw dengan mengangkut dua tas, sehingga nantinya akan sulit untuk mencari barang di antara keduanya. Waktu semalaman yang lw habiskan untuk menghapal juga membuat lelah, sehingga layaknya pendaki gunung, lw akan kesulitan untuk mengkonsentrasikan otak lw di perjalanan. Isi otak lw yang tidak terstruktur membuat lw sulit mengeluarkan ingatan yang ada di otak lw sehingga pada saat lw kerjakan soal ujian, lw tak bisa mengingat jawaban yang seharusnya.
Jika pilihan kedua yang lw pilih, lw bersusah-susah dari awal, mengumpulkan informasi mengenai pelajaran apa yang akan diujikan. Kemudian perlahan-lahan membuka buku dan media lainnya untuk menambah pengetahuan lw. Jika ada yang terlupakan, lw tinggal buka buku lagi dan masih ada banyak waktu untuk memahaminya. Saat H-2 atau H-1, lw mempersiapkan untuk menentukan prioritas atas apa yang lw pelajari seperti chapter 14 adalah soal yang pasti keluar, lw akan memfokuskan diri lw untuk menaruhnya di ingatan lw yang paling atas agar mudah digali.
Kemudian, lw masih punya banyak waktu untuk mengatur kembali isi ingatan lw dengan meghapal secara teratur dan terstruktur sehingga tidak membebani otak lw dengan bawaan yang berlebih. Lw bisa selesai belajar jam 9 malam dan beristirahat hingga jam 6 pagi dan bangun dengan tubuh segar sehingga bisa berkonsentrasi saat ujian. Dan pada akhirnya, ingatan lw yang teratur dan terstruktur menyebabkan lw mudah mengingat jawaban sehingga ujian menjadi lancar.
Pilihan pertama membuat lw sulit menanggulangi kondisi yang darurat atau sulit. Lw akan menghabiskan waktu untuk mencari barang yang lw perlukan dan mungkin lw uda mati duluan sebelum lw menemukannya (Baca: Tidak lulus ujian). Pilihan kedua membuat lw siap menghadapi segala kondisi, sehingga bila nantinya pun lw harus mati, lw gak mati menderita, tetapi, lw uda mengurangi risiko lw untuk mati (Baca: Lulus ujian).
Jadi, persiapan ujian dan belajar dapat dianalogikan sebagai persiapan mendaki gunung dan barang bawaannya. Gw sudah merasakannya. Walaupun gw tidak sepenuhnya berada di pilihan 2, gw tetap merasakan efeknya yang cukup baik.
Gw berharap, di semester-semester mendatang, gw mampu sepenuhnya berada di pilihan 2. Sebab, bagi gw, kuliah ini jugalah jalan untuk mewujudkan mimpi-mimpi gw. Jadi, harus gw jalani dengan baik.
Kalian pun bisa mencoba cara itu. Maap kepanjangan. Have a Nice Study!!
Smile Eternally,
Wirapati
3 Comments:
setuju!
memang lebih enak dicicil gitu daripada jadi kelelawar di minggu2 tenang sblm UAS.. :D
badai UAS di UI udah berlalu, ya? saya baru mau mengarungi badai UAS disini!
all the best ya! :D
well said,
nyicil emak lebih terasa manfaatnya roi..
*gue yang baru tersadar bahwa belajar memberikan suatu utilitas tersendiri buat gue*
=)
Post a Comment