Pada posting sebelumnya, gw sudah menanyakan para pembaca mengeai mahasiswa jenis apa mereka. Kali ini, gw akan bertanya lagi, mengenai yang manakah kalian?
Tentu kita pernah belajar di PPKn ato PMP ato pelajaran budi pekerti lainnya mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara. Di dalamnya, kita diajarkan untuk memela negara dan berjuang demi nasionalisme yang tinggi disertai rasa patrioisme. Kemudian di bab lainnya, kita juga pernah diajarkan untuk membela kebenaran untuk menjunjung tinggi keadilan dan kesejahteraan.
Sekarang, bagaimana jika keduanya berseberangan? Bagaimana jika Nasionalisme dan Kebenaran berada di sisi yang berseberangan? Yang manakah yang akan kalian pilih? Nasionalisme dengan mengorbankan kebenaran, atau sebaliknya?
Mungkin kalian akan berpikir mustahil hal itu akan terjadi, tetapi, gw akan menggambarkannya melalui kisah yang sudah berabad-abad umurnya, yaitu Wiracarita Ramayana.
Gw gak akan bercerita dari sisi Rama, tetapi akan gw perhatikan di sisi Rahwana dari Alengka. Dalam kisah Ramayana ini, ada dua tokoh yang menjadi figur dari Nasionalisme. Mereka adalah adik kandung dari Rahwana, yaitu Wibisana dan Kumbhakarna. Latar belakang dari cerita ini adalah kisah penculikan Dewi Sita oleh Rahwana karena dihasut oleh adik perempuan Rahwana, Surpanaka.
Dalam cerita tersebut, dikisahkan bahwa Wibi sana adalah orag yang menjunjung tinggi keadilan. Melihat sikap Rahwana yang dapat menimbulkan perang, Wibisana menasehati kakaknya untuk mengembalikan Sita agar pertumpahan darah dapat dihindari. Mendengar apa yang dikatakan oleh adikny, Rahwana murka dan mengusirnya dari Alengka. Mendapat tanggapan yang seperti itu, Wibisana merasa dirinya tak punya tempat di Alengka. Kemudian, dia memutuskan untuk pergi ke pihak Rama untuk menghentikan kakaknya. Akhirnya, Wibisana bertempur untuk Rama dan dapat menghancurkan banyak prajurit Alengka.
Di lain pihak, Kumbhakarna juga tidak setuju dengan apa yang dilakukan Rahwana dan menasehati kakaknya. Mendengarkan hal yang sama dengan yang dikatakan Wibisana, Rahwana juga akhirnya mengusir Kumbhakarna. Tetapi, berbeda dengan yang dilakukan Wibisana, Kumbhakarna tidak menyeberang e Rama, melainkan bertapa dengan tidur di pantai selama 6 bulan. Selama Kumbhakarna tidur, pasukan Rahwana sudah mulai dikalahkan satu dmei satu oleh Rama dan WIbisana. Melihat ini, Rahwana menemui Kumbhakarna untuk memintanya kembali bertempur bersama. Kumbhakarna yang terbagun mengatakan bahwa bukannya dulu Rahwana mengusirnya. Kemudian Rahwana mengatakan bahwa bukan dia yang memanggilnya, tetapi negaranyalah yang memanggilnya. Maka, mendengar hal itu, Kumbhakarna bertempur kembali, tetapi bukan demi kakaknya, melainkan demi negaranya.
Di tengah pertempuran, Wibisana dan Kumbhakarna bertemu dan mereka tidak bertempur melainkan saling bersahabat layak saudara dan Wibisana membiarkan Kumbhakarna lewat. Pada akhirnya Kumbhakarna gugur demi negaranya dalam pertempuran oleh Rama dan Wibisana menjadi Raja Alengka dan memerintah dengan bijaksana.
Nah, yang manakah kalian? Orang yang bertempur demi mebela kebenaran walaupun harus melawan negerinya sendiri? Atau orang yang apapun terjadi akan membela negaranya dan rakyatnya dari kehancuran dengan rasa nasionalisme dan patriotisme?
Ini adalah pilian yang sulit dan pada suatu saat pasti kita akan dihadapkan dengan pilihan yang luar biasa sulit ini. Jika dilihat dari sisi mahasiswa, Wibisana adalah mahasiswa yang membela rakyat dan menuntut penurunan harga BBM agar rakyat tak menderita, sedangkan Kumbhakarna adalah mahasiswa yang memperjuangkan stabilisasi melalui kenaikan harga BBM agar negara ini tidak hancur.
Patut diperhatikan, bahwa tidak ada yang salah! Masing-masing dari kedua pihak telah memilih jalannya sendiri dan tidak patut untuk dipersalahkan dan tidak patut untuk saling bermusuhan. Layaknya Wibisana dan Kumbhakarna, kita yang berbeda gerakan tak berarti harus bermusuhan. Mereka pun tidak bertarung saat bertemu, melainkan membiarkan lainnya lewat. Sama saja dengan kita. Karena kita punya satu visi, biarlah masing-masing melakukan caranya masing-masing.
Nah, sekarang, yang mana yang kalian pilih? Ingat, tidak selalu hal tersebut dapat berjalan bersama. Ada saatnya mereka akan berseberangan. Oleh karena itu, kita harus konsisten dalam menentukan sikap. Dan jika nanti kalian sudah memilih, janganlah saling mencemooh. Mari berjalan bersama dengan cara yang berbeda. Perbedaan sisi tak berarti kita boleh saling berseteru.
Different Side, but doesn't mean that we have to collide
Smile Eternally,
Wirapati...
1 Comments:
gw sih lebih ke nasionalisme. kalo di cerita ramayana mungkin jelas banget ya yang mana item ato putih. masalahnya di dunia skarang smua abu2. kita gak akan pernah bisa bilang pihak kita benar ato pihak lain yang benar.
tapi kalo nasionalisme jelas. lu ngerasa tanah air lu dimana, itu yang mesti lo bela. gak peduli orang lain bilang pemerintah kita salah, seperti dikisahkan itu, yang memanggil kita itu bukan satu orang ato golongan, tapi tanah air kita sendiri..
itu sih menurut gue.
Post a Comment