Selasa, 10 Juni 2008, Hari Pertama SP...
Huaahh.. Akhirnya Semester Pendek tiba. Sudah lama sekali sejak semester pendek terakhir. Ya, jelas. Itu setahun yang lalu. Tapi, seperti yang gw pernah bilang, "Waktu itu terasa panjang sekali saat kau memulainya dan menjalaninya, tetapi terasa pendek sekali saat kau melihatnya kembali". Waktu itu gw sudah melihat ke belakang untuk mengevaluasi diri gw. Saat ini, gw akan akan melihat ke depan dan kembali melanjutkan perjalanan yang sempat terhenti di titik perhentian itu.
Hmm.. Belum banyak yang bisa diceritakan selain gw sudah memulai kuliah dengan gemilang di mata kuliah Manajemen Pemasaran dan Akuntansi Bangs... eh, salah, Akuntansi Biad.. BIAYA! Oke! Wuih, tidak ada mata kuliah ilmu ekonomi yang gw ambil. Prediksi dari seorang temanku, Nimas, bisa2 setelah semester pendek ini kami akan melupakan yang namanya kurva. bahkan kami lupa yang mana sumbu axis (x) dan yang yang mana sumbu ordinat (y). Tapi, ya sudahlah. Itulah takdir. Mungkin ada baiknya juga mengistirahatkan diri dari segala kepenatan ilmu ekonomi dan waduh tampaknya gw salah bicara karena gw akan menghadapi kepenatan absolut dari akuntansi. Tapi, bukan brarti gw akan menyerah. Rintangan ini pasti bisa gw lalui. Look Forward!
Itulah mengenai hari pertama di SP gw. Dan saatnya untuk kembali berpikir mengenai kondisi negara ini.
Sudah cukup lama gw tinggakan omongan serius seperti ini karena gw sudah cukup muak dengan topik-topik tersebut, terutama topik mengenai mahasiswa. Tapi, mungkin akan gw bahas sedikit mengenai mahasiswa kali ini. Tapi, yang ingin gw bicarakan pertama kali adalah topik kenaikan harga BBM.
Tampaknya topik kenaikan harga BBM masih menghantui hampir seluruh lapisan masyarakat dan tampaknya tak akan reda dalam beberapa waktu. Memang kenaikan harga BBM ini merupakan structural shock yang luar biasa karena memberikan efek terhadap semua sektor mulai dari produksi hingga konsumsi, mulai dari orang kaya hingga orang miskin.
Tentu saja, dalam beberapa minggu ini, Indonesia diwarnai oleh demonstrasi-demonstrasi menentang kenaikan harga BBM yang saat ini mulai berkurang karena beberapa isu, contohnya adalah konflik FPI dan AKKBB yang katanya adalah manuver politik pemerintah untuk mengalihkan pandangan masyarakat dari kenaikan harga BBM (Gw tidak mau mengatakan apakah tentang manuver politik ini benar, tetapi harus diakui bahwa efeknya telah meredam demo kenaikan harga BBM). Akan tetapi, pembicaraan mengenai kenaikan harga BBM ini masih tetap menjamur dalam forum-forum atau diskusi-diskusi dalam masyarakat.
Mari kita lihat dari dua sisi. Rakyat miskin akan sangat menderita melalui kenaikan harga BBM ini karena mungkin mereka akan kesulitan untuk makan dan memenuhi kebutuhan hidupnya. sudah tentu rakyat pasti akan meminta untuk menurunkan kembali harga BBM untuk dapat tetap hidup, dan itulah asal mula munculnya demonstrasi menentang kenaikan harga BBM. Sementara itu, pemerintah terpaksa menaikkan harga BBM demi menjaga APBN agar tidak jebol di mana jika hal itu terjadi, maka kita tidak akan melihat nama Indonesia lagi di peta dunia.
Pemerintah harus memikirkan kepentingan rakyat dan rakyat tidak perlu memikirkan kesulitan pemerintah. Memang itulah kodratnya. Bagi rakyat, terutama rakyat miskin, tidak peduli negara ini hancur, selama mereka bisa makan. Tapi, pemerintah punya ewajiban untuk mempertahankan keutuhan negara ini. Sehingga, perdebatan akan terjadi terus di mana kedua belah pihak akan terus berargumen mempertahankan pendapatnya.
Perdebatan tidak akan selesai. Karena tidak akan ada yang mau mengalah. Semua punya alasan, dan lebih luar biasanya lagi, alasan tersebut logis dan jelas dapat diterima, tetapi tidak bersamaan. Karena itu, gw perkirakan bahwa perdebatan ini akan terus berlangsung tanpa ada akhirnya jika dilanjutkan. Apakah kita mau terus-terusan seperti ini? Gw adalah salah seorang yang mendapatkan imbas dari kenaikan harga BBM ini. Dan gw memutuskan untuk tidak terus terperangkap dalam jebakan perdebatan kenaikan harga BBM ini.
Bagi gw, saatnya untuk melihat ke depan, dan berusaha memikirkan bagaimana melalui semua ini dengan baik, bukannya menyesali apa yang telah terjadi dan berusaha keras mengubahnya. Masih banyak yang harus dipikirkan selain kenaikan harga BBM. Jika kita terlalu preoccupied terhadap kenaikan harga BBM ini, maka kita tidak akan pernah maju dan akan terus berada pada titik ini. Look Forward!
Kemudian, mengenai mahasiswa. Baru saja gw melihat Apa Kabar Indonesia? di TVOne. Di dalamnya sedang dibahas mengenai demonstrasi dan gerakan mahasiswa. Kemudian gw melihat sebuah kenyataan pahit yang benar-benar menusuk-nusuk diri gw.
18% dari mahasiswa yang berdemonstrasi adalah karena mendapat uang.
Itulah yang diutarakan oleh polling yang ada di dalam acara tersebut. Rasanya hati gw tersayat-sayat. Kenyataan ini benar-benar mengerikan. Mahasiswa yang katanya adalah pembawa amanat rakyat, ternyata berdemonstrasi karena uang. 18% memang adalah jumlah yang kecil, tetapi, berarti di antara kita, para mahasiswa yang berdemonstrasi, ada pihak-pihak yang mau saja melakukan hal ini karena uang. Di manakah harga diri kalian? Apa kata orang jika mahasiswa mampu dibeli oleh uang., sementara di masa depan merekalah yang akan memegang tampuk kekuasaan negeri ini. Bagaimana jika nantinya mereka menjadi pemerintah?
Sudah lama gw berpikir bahwa tidak semua mahasiswa yang turun ke jalan adalah pembela kebenaran. Pasti di antara mereka ada orang-orang yang bergerak karena ada yang menggerakkan mereka dari belakang. Kita tidak boleh naif terhadap hal ini. Mereka yang turun ke jalan mungkin adalah pembela kebenaran, tetapi belum tentu apa yang menggerakkan mereka adalah pembela kebenaran. Kita harus lebih kritis dalam menanggapi hal ini.
Sebenarnya gw sudah muak dalam membicarakan hal ini. dan karena itulah sudah sekitar 2 minggu gw tinggalkan pembicaraan mengenai mahasiswa karena gw lelah melihat semua seperti itu. Sebenarnya percuma bagi gw menuliskan hal ini, mengumpat-umpat, mengkritik dan lain sebagainya. Tak akan merubah apa-apa.
Saatnya untuk melakukan tindakan nyata. Jangan cuma menyuarakan kekesalan kita di depan layar televisi di rumah kita saja. Gw akan melakuakn tindakan nyata dalam menyikapi semua ini karena gw lelah dengan semua ini. Hanya saja, gw tidak punya kekuatan yang cukup besar untuk hal tersebut. Karena itu, yang bisa gw lakukan adalah melakukan yang bisa gw lakukan sebaik-baiknya. Look Forward!
It's time for us to look forward. We must not be trapped in the cage of yesterday. Try to do something. The only thing that you can do now is do something that you can do. If you ask me what you can do now, I must answer that only you know what you can do.
Smile Eternally,
Wirapati...
0 Comments:
Post a Comment