A Life for Economist

Setiap disiplin ilmu pasti memiliki profesinya masing. Tapi sejak dahulu kala, ada sebuah profesi yang menarik perhatianku selain profesi dokter (aku sempat ingin menjadi internist spesialis diabetes karena sekeluargaku mengidap diabetes). Profesi itu adalah profesi yang kuanggap sebagai profesi paling berani di dunia.

Mereka tidak mengangkat senapan dan bayonet. Mereka tidak menumpahkan darah manusia lain. Mereka tidak mati demi negara. Tetapi, mereka hidup demi negara ini. Mereka adalah PARA EKONOM.

Apakah yang mendasari pemikiranku ini?

Ekonom tidak berbeda dengan para ilmuwan. Mereka sama-sama melakukan penelitian. Mereka sama-sama berkutat dengan persamaan matematika yang rumit, dengan segala rumus kalkulus dan mekanika kuantum yang sulit dimengerti. Mereka sama-sama memeras otak demi kemajuan umat manusia.

Tetapi, ada satu yang membedakan ekonom dengan para ilmuwan: Mereka hidup dalam kondisi yang disebut KETIDAKPASTIAN. Tidak ada sesuatu yang pasti dalam ilmu ekonomi. Setiap penelitiannya selalu menggantungkan diri pada asumsi, asumsi-asumsi yang juga tidak pasti. Hasil penelitiannya pun tidak pasti bekerja 100% seperti yang diperhitungkan.

Tidak hanya itu. Kondisi perekonomian pun selalu pada kondisi yang tidak pasti. Semua dipengaruhi oleh ekspektasi. Hari ini perekonomian baik, besok bisa saja terjadi krisis. Hari ini harga barang turun, besok bisa saja terjadi hyperinflation. Tidak ada yang pasti dalam ekonomi. Semua berada dalam ketidakpastian.

Tetapi, para ekonom adalah sekelompok cendekiawan yang memutuskan untuk hidup dalam ketidakpastian itu, hidup dalam sesuatu yang tidak bisa dijelaskan murni secara verbal, maupun matematis. Profesi mereka pun tidak berlimpah ruah dengan uang, tidak bergaji besar, dan juga tidak memiliki banyak kesempatan untuk melakukan korupsi. Itulah mengapa jurusan Ilmu Ekonomi tidak sepopuler jurusan Manajemen dan Akuntansi, sebab keduanya memberikan pengembalian gaji yang lebih besar dibandingkan lulusan Ilmu Ekonomi yang menjadi ekonom. Tidak banyak juga lulusan Ilmu Ekonomi yang tidak menjadi ekonom sebab masih banyak pekerjaan lain yang berpenghasilan lebih tinggi. Memang ekonom tidaklah sepopuler manajer sebuah perusahaan Big 5.

Tetapi, mereka adalah sekumpulan orang-orang yang visioner, yang berpikir semata-mata demi negara ini, walau tak sedikit pula di antara mereka yang menyeleweng menjadi perompak bagi negaranya. Mereka adalah golongan yang selalu melihat ke depan, memprediksikan sebuah rangkaian kejadian, hanya dengan bermodalkan teori dan napak tilas masa lampau, berpikir 2-3 langkah lebih jauh dari penduduk negara lainnya, bahkan terkadang lebih jauh selangkah dari pemimpin tertinggi sebuah negara.

Mereka adalah orang-orang yang dipersalahkan, saat terjadi krisis di sebuah negara, saat perbankan dilanda kepanikan, saat uang simpanan masyarakat di perbankan tak dapat dikembalikan, saat harga-harga naik, dan saat kehidupan masyarakat dilanda kemiskinan. Merekalah yang dipersalahkan, walau bukan sepenuhnya kesalahan mereka, walau mereka sudah berusaha dengan baik, tetapi memang malapetaka tak dapat diprediksi.

Mereka yang meletakkan batu pertama fondasi perekonomian bangsa, dan mereka pula yang disalahkan karena dua puluh tahun kemudian perekonomian memburuk. Padahal, semasa mereka menjabat, perekonomian tumbuh dengan baik. Banyak yang menyalahkan mereka, karena tidak mampu melanjutkan visi yang mereka bangun karena terpojok oleh kepentingan politik pihak tertentu.

Mereka yang disalahkan, selalu mereka yang disalahkan. Tetapi, mereka adalah sekelompok para pemberani. Mereka rela menjadi pihak yang dipersalahkan, semata-mata karena mereka ingin mengabdi bagi negara ini, tidak peduli apakah mereka dicaci. Mereka rela dicoreng namanya, selama Tuhan tidak mencoreng amal dan ibadah mereka. Tetapi, hanya sedikit dari para ekonom yang secara sejati menjadi ekonom sepenuhnya, yang memiliki visi jangka panjang demi negeri ini. Banyak di antara mereka yang mencoreng hidupnya dengan korupsi dan kepentingan politis yang menyengsarakan rakyatnya.

Aku bukanlah seorang ekonom, atau mungkin belum menjadi seorang ekonom. Aku ingin menjadi ekonom, karena aku mengagumi keberanian dan kerelaan mereka untuk hidup dalam ketidakpastian dan kambing hitam. Merekalah para pemberani, yang jasanya sering kali dilupakan.

Merekalah PARA EKONOM.

Wirapati

2 Comments:

Winta said...

kok dapet jeleknya doang ya ekonom? hahahaha.. dimaki2 mulu..

Ntar kira2 abis lulus dari IE gw jadi apa yaa? hmmm..

Bagus Arya Wirapati said...

Manfaatkan kemampuan ESDAL lo dan jadilah ekonom lingkungan papan atas donk tul.