The Chronicles of Influenza

Huff.. Dah lama banget nih gw kna pilek parah. Dari minggu lalu, ampe skrg masih mbeler. Nah inilah chapter2 kisah penyakit gw yang dipenuhi suka dan duka.

Book #1 Chronicles of Influenza: Tissue, Sang Penjaga Pintu Tol dan Mobil Goyang (The Tissue, The Highway Guard and The Vibrating Car)

Jumat, 18 Juli 2008

Ini adalah hari pilek gw yang kedua. Suara uda mulai agak aneh karena tenggorakan gw yang dipenuhi riak dan idung gw yang diselimuti ingus. Ditambah lagi, pada saat ini gw harus bikin preprop emix untuk yang terakhir kalinya. Akhirnya dari pagi ampe sore gw ngetem aja tuh ama pikiran emix. Gw bru pulang sore2 di mana anak2 emix lainnya dah pada cabut meninggalkan di kafe sendirian. Gw masih harus menanti kakak gw pulang, soalnya dia minta bareng. Uda gitu dya janji mo bikinin gw indomie sebagai hadiah karena mau nungguin dya kayak orang dongo. Akhirnya sambil mendengarkan MP3 di ruangan kafe baru yang kosong, gw mulai diserang angin semilir dingin yang membawa segala nyamuk mendekat ke arah gw. Maka terjadilah transfusi darah besar2an dari badan gw ke nyamuk2 kebon bajingan itu. Angin2 dingin itu pun membuat pilek gw makin menjadi2. Uda gitu, diusir lagi ma bapak2 penjaga kafe baru, jadinya pindah ke mobil deh gw.

Kemudian sambil menyeruput es teh manis yang notabenenya malah bikin gw tambah pilek (gw seperti memberi gizi kepada para virus influenza itu), gw duduk aja sambil bengong di mobil gw ditemani AC yang jelas2 memperkuat efek es teh manis gw dalam meningkatkan produksi ingus di idung gw. Sambil bersin2 penuh ingus, kakak gw pun menelepon gw dan bilang kalo dya uda siap dijemput dan uda dihukum (baca: uda nyampe di fakultas hukum). Gw pun kehukum juga (baca: pergi ke fakultas hukum). Dan yang ada di sana adalah kakak gw yg menyambut gw dengan hadiahnya, yaitu.... Mangga. Jah! Tadi katanya indomie. Gw uda ngarep dapet makanan anget byar bisa ngangetin badan gw juga. Malah dikasih mangga dingin. Alhasil, karena laper, gw hajar aja deh tuh mangga, enak sih, tapi badan gw tambah dingin dehh.

Nah, penyakit gw mencapai puncaknya pas di jalan tol. Pusing banget kepala gw, tapi gak bisa bersin. Penderitaan yang sungguh luar biasa. Kakak gw minta dianterin ke dokter dulu di RSIB, makanya gw gak keluar di veteran, tapi di Bintaro sektor 7. Nah, pas uda mau nyampe pintu keluar tol, muncullah tanda2 ingin bersin. Langsung aja gw mangap2 memicu bersin abis buka jendela sambil meluncur ke arah pintu tol. Pas banget 2 detik sebelum mobil gw berhenti buat ngasih duit tol ke penjaga pintu tol, gw bersin dengan dahsyatnya. Kisah pun mencapai klimaks. Bersin itu sangat dahsyat sehingga ingus yang keluar sangat banyak. Klo gak gw tutupin pke tangan kiri, pasti tu ingus uda muncrat ampe kaca depan mobil gw. Tapi, tetep aja. Gak mungkin gw ngasih duit tol ke penjaga pintu tol dengan berlumuran ingus di muka. Mana tissuenya ada di kursi belakang lagi.

Akhirnya, gw bayar tol dengan tangan kanan dan kepala gw menghadap ke kakak gw sambil sok2an ngomong, "duitnya itu tadi pas kan, kak?". Penjaga pintu tolnya melongo juga kali ya. Ada aja orang bayar tol tapi kepalanya ngadep ke arah lain. Baru dehh.. Setelah itu, gw bisa ngelap ingus. Tapi, ternyata tissuenya jauh di belakang, jadinya musti berhenti dulu buat nagmbil tissue di belakang. Kakak gw yang berusaha meraih tissue membuat mobil jadi goyang2. Gmana ya klo kliatannya dari luar. Mobil, diem, cuma ada 2 orang, goyang2 lagi. Duh, parah dehh. Klo ampe ada yg nyadar bisa disangka mobil goyang. Untunglah semuanya berlalu dengan lancar.

Book #2 Chronicles of Influenza: Pangeran Katjep (Prince Katjep)

Sabtu, 19 Juli 2008,

Masih dengan pilek gw, ternyata tambah parah. Padahal gw hari ini harus ngampus karena ada kelas pengganti Akuntansi Bangs... eh salah, Biad... Arghhh Biaya! Akuntansi Biaya! Uda berkali2 masih juga salah ngomong. Bersama dengan Dosen kesayangan kami, para murid AB, yaitu Pak Katjep Abdulkadir, The Prince. Pergi dengan bus membuat pilek gw tidak sembuh, malah tambah parah.

Pas gw masuk ke dalem kelas, gw duduk di sebelah Willy dan seorang anak 2007 yang namanya gw lupha, maklum, gw punya short term memory lost (baca: pelupa). Sembari mendengarkan kisah sang Pangeran Katjep yang mendayu2, lagu cinta meluluuuuu, ups, itu mah penggalan lagunya Efek Rumah Kaca. Jadi ngiklan gratis deh tuh grup band di blog gw. Yah, pokoknya sembil mendengarkan omongan sang pangeran yang membuai, pelan2, berdesah, sayu2, layaknya rayuan pulau kelapa yang membelai hasrat ingin memulihkan energi yang hilan (alias: tidur). Tapi, akhirnya gw gak jadi tidur karena ternyata idung gw mulai mbeler tanpa bersin. Kondisi yang sangat tidak gw sukai. Langsung saja gw melihat kiri kanan untuk meminta tissue, dan langsung menyesali kondisi yang ada. Gw dikelilingi para pria perkasa yang sehat dan mantap, sehingga tidak mungkin mereka membawa benda sefeminin tissue (apalagi tissue yang pake parfum).

Kemudian gw memberanikan diri bertanya ke sekeliling gw apakah mereka punya tissue, dan ternyata... mereka memang semuanya adalah pria macho dan perkasa. Tidak ada yang membawa tissue. Ingus gw yang sudah cukup cair itu mulai keluar sedikit demi sedikit. Ingin mengelapnya dengan tangan gw gak enak karena gak ada tissue buat bersihin tangan disitu. Akhirnya, sampailah gw pada satu solusi. Gw gerakan seluruh tubuh gw untuk menghasilkan sesuatu yang sangat sehat yang disebut... keringet. Nah, pas muka gw uda diselimuti keringet, terselubunglah bahwa ada ingus cair di situ. Berharap gw akan segera mendapatkan wahyu mengenai cara yang lebih baik untuk memecahkannya.

Akhirnya, sang pangeran menyelesaikan pidatonya yang sepanjang 2 setengah jam penuh itu, dan gw punya kesempatan untuk ke kamar mandi dan mengeluarkan semua ingus yang bersarang di muka gw itu. Lega juga. Pulanglah gw dengan damai bersama Nabir, Alia dan Sasa, Gank Sabtu.

Book #3 Chronicles of Influenza: Perjalanan Sang Penjelajah Jalur Sepeda (The Voyage of the Bicycle Track Treader)

Selasa, 22 Juli 2008,

Universitas Indonesia, Universitas yang dulunya nomor 1 di Indonesia. Rektor barunya memiliki sebuah proyek untuk membuat UI menjadi universitas berkelas internasional untuk mendongkrak kembali rankingnya. Dan proyek itu adalah.... Jalur Sepeda. Jalur yang dibuat mengelilingi UI hingga ke asrama ini diharapkan dapat menjadi sarana transportasi mahasiswa untuk mencapai predikat Green Campus. Proyek ini telah berjalan dan jalur sepeda telah aktif. Kini saatnya sang tokoh utama (baca: gw) menjajal tantangan jalur sepeda yang penuh intrik dan aksi (...lebai).

Yah.. Di hari keenam gw pilek, gw harus mencetak preproposal gw yang jumlahnya 130 halaman. Gw dan Uchal, pergi ke Mabes TI-FEUI alias Markas Besar Teknologi Informasi FEUi alias Labkom FEUI untuk mencetak preprop tersebut. Dan sampailah kami di tempat yang bergengsi ini karena tidak semua orang bisa masuk ke sana dan menggunakan fasilitasnya (baca: Cuma anak FEUI doank yang bisa masuk, bergengsi abisss!).

Nyampe di sana, gw langsung menghadap ke Big Bossnya Labkom, mungkin maksudnya penjaga labkom, dan langsung gw tanya apakah gw bisa ngeprint 650 halaman. Mas2 penjaganya panik lah! Katanya bisa masuk MuFE (Museum Rekor FEUI, bukan Musholla FEUI). Akhirnya gw cuma nyetak satu rangkap aja 130 halaman, gak jadi 5 rangkap sesuai rencana. Itupun, ngelyatin para penduduk pribumi FEUI yang klo di Indonesia ngantre BLT, ini semuanya lagi ngatre BLP atau Bantuan Langsung Print yang gratis dan mempesona, tetep aja gw gak tega ngeprint 130 halaman yang notabenenya tetep aja ngabisin waktu.

Akhirnya, kita berdua ngeprintnya 20-20 byar yang laen bisa ngeprint juga di sela2 gelombang 20 pertama ke gelombang 20 kedua dan seterusnya. 6 kali cetak dan akhirnya selesai juga dehh tuh prosesi ngeprint yang merakyat. Setelah membagi jatah print 50:50 ma Uchal, gw pun melangkahkan kaki di mana cinta akan bertumbuh, jah, itu mah lagu Sang Penghibur-nya Padi.

Ternyata Happy ma Icha mau ikutan kita berdua. Akhirnya, kami berempat pun pergi ke Kober buat nyari fotokopian yang murah cuz fotokopian di FE kapitalis semua. Selesai fotokopi, tiba2 sebuah rintangan menghadang kami berempat. Jalur Sepeda... Jalur Sepeda itu seakan2 memanggil Kami semua untuk menjajal tantangannya. Memberanikan diri, kami berempat, King Roy of The North, King Uchal of The East, Queen Icha of the West dan Queen Happy of the South pun berusaha menghadapi tantangan itu.

Dengan menunjukkan KTM sebagai bukti seorang pejuang, kami oun mendapatkan sepeda untuk dikendarai. Rintangan pertama dimulai. Belom jalan berapa meter, Rajawali gw mulai menjerit. Tempat duduknya kepedekan jadinya agak sakit dehh. Langsung saja minta ke mas2nya buat naikin bangku. Rintangan kedua dimulai, baru jalan beberapa meter, rantai sepeda gw lepas dan akhirnya gw harus meminta mas2nya buat betulin. 2 kali bolakbalik ke halte sepeda membuat gw capek. Akhirnya perjalanan pun dimulai. Kami langsung menuju ke stage pertama yaitu UI Woods. Sejuk banget kondisinya dan membuat influenza gw cukup membaik.

Stage pertama dilalui dengan mudah (karena emank gak ada apa2nya), kami langsung masuk ke stage kedua yang menggoda iman (bukan iman ketua kanopi yaaa), UI Lake. Di sana ada turunan yang dahsyat gila dan membuat gw meluncur dengan sangat kencang, hanya untuk terhenti ngos2an di tanjakan yang menanti setelah itu. Gak kuat nanjak gw pun nyerah dan jalan kaki. Karena waktunya uda gak cukkup, gw pun kembali lagi ke UI Lake tanpa melanjutkan ke Stage 3, yaitu Gerbatama. Nyampe situ langsung foto2 dan bergaya dengan Danau sebagai latar belakang.

Pas mau balik ke tempat semula, berarti harus melawati turunan yang sekarang sudah menjadi tanjakan dari sudut pandang kita, gw pun berlari ke arah gerbatama buat ngambil ancang2. Melaju kendang, sekencang cahaya, menembus angin, menantang badai, dan ternyata.... Terhantam karang. Baru setengah jalan tanjakan, gw uda ngos2an.. Sia2lah pengorbanan gw. Dengan mata berkuang2 gw membawa sepeda menyusuri tanjakan. dan akhirnya gw bisa mengedarainya lagi walaupun sempoyongan kayak lalat kena tepok.

Akhirnya, pengembaraan pun berakhir. Perjalanan ini membuat flu gw agak lebih oke. Mungkin karena keringetan dan olah raga. Berarti, pepatah yang mengatakan "Kalo sakit, olah ragalah!" itu benar adanya (emank ada ya pepatah kayak gitu?). Anyway, yang penting agak enakan dehhh.

Nantikan kelanjutan kisah The Chronicles of Influenza yang berikutnya. Perjalanan belum berakhir! Dua episode terakhir yang membuat napas tertahan (karena muak) akan segera diluncurkan. Sampai Jumpa Lagi!

To Be Continued...

3 Comments:

wiydiy said...

ahuahuahauhuahua.

super ngakak.
sama kayak waktu kejadian kursi kayang di pronto cuma lebih oke.

hehe.

Shirin Zahro said...

Roy..

u know what? I was going to download a blog template when I saw your blog n the template was exactly the same..!! ga jadi d..hehe

anyway, I've just read your posts. Great writings, man..:)

Alia Kemala Sari said...

dan uchal serta nabir flu juga..

temans,jaga jaraklah dari ketiga kawan kita ini..daripada kita jadi kelas IEfluenza..hahaha! maksa gila