Ya, lagi-lagi aku kalah...
Dengan penuh kepercayaan diri, aku mengirimkan paperku, yang kukerjakan dengan segala kreativitas yang aku miliki, dengan segala usaha yang bisa kuberikan. Aku merasa percaya diri, bahwa ini adalah masterpiece-ku. Aku berusaha menyajikan sesuatu yang baru, sesuatu yang orisinil. Tetapi, apa daya, aku tidak bisa menembus dinding tebal World Bank Essay Competition. Aku tidak berhasil memperoleh hak untuk bersaing memperebutkan posisi puncak dalam lomba itu bersama para Delapan Besar dunia.
Aku tidak kecewa sama sekali. Karena ternyata walau tidak menjadi finalis, tetapi aku tetap berhasil mencapai posisi 20 besar dunia. Aku berhasil menjadi 1% dalam pertandingan ini, menjadi 20 besar dari 2009 peserta dari 150 negara. Bukan sesuatu yang paling dibanggakan, tetapi aku bangga karena satu hal.
Aku bangga karena aku bisa memaparkan original idea-ku. Sebuah konsep yang kubangun secara susah payah, dengan bantuan Ayahku. Aku bahagia karena ide yang berasal dari diriku sendiri ini, diakui sebagai 20 besar dunia. Baru beberapa hari ini aku menulis posting tentang idolaku, John Nash, yang bersikukuh mencari original idea, dan tiba-tiba aku memperoleh kabar bahagia ini.
Aku selangkah lebih dekat dengan pahlawanku.
Aku akan berusaha lebih banyak lagi. Tahun depan aku akan mengikutinya lagi, dan akan kuraih kemenangan tahun depan. Aku akan terus mengembangkan original idea-ku, sampai suatu hari nanti, aku berhasil membuat ideku mengenai pengentasan kemiskinan diakui oleh dunia. Mimpiku sangat sederhana, tetapi sulit dicapai. Aku masih seorang pecundang, dan akan tetap menjadi pecundang sampai aku berhasil membuktikan diriku. Terkadang tidak terlalu buruk menjadi pecundang, karena kita bisa bebas mengekspresikan ide kita tanpa beban sebuah gelar, dan dapat terus belajar dari kekalahan kita. Tentunya, aku juga ingin menjadi pemenang, tetapi mungkin belum saatnya.
Maybe, Someday I'll win..
Wirapati
0 Comments:
Post a Comment