An Albatross

Among all of the birds in the world, what is your favorite bird?

Lots of people will answer eagle or any other mighty birds. But, I come up with a different answer and it might be such a rare answer since this bird might don't have what it takes to become such a favorite bird.

My favorite bird is an Albatross. Though they are not in the same class with an eagle, they are often addressed as Sea Eagle, because they live near the sea. They have the widest wings among all of the birds ever exist and fly awkwardly by going upside down as if they are unstable during the flight.

Well, not as mighty as an eagle, are they? Then how come I favor this bird very much? It is simply because they have a very deep philosophy inside them, and they reflect myself so much in many ways.

Do you know that unlike any other birds, Albatross cannot fly simply just stomping their claws on the ground? Albatrosses have a unique way of taking off. Instead of a hard stomping on the surface below them, they run (not really running, it's like small jumps as if they are running) over the surface to find the perfect stance for taking off and then put all of their efforts to fly. Yes, they are not able to fly easily like any other birds. They need more efforts to fly, and they even have to jump from a cliff, falling in the open air for sometimes and hover while flapping their wings to capture the wind and then fly to the open sky.

That is just like me. If the other birds represent the other people, I am just an albatross. I cannot easily fly simply by doing my best on something. Just like an albatross, to fly, I need to run until I am able to take off, that is because I am not that extraordinary. I am just a regular person, which has to put my efforts more than anybody else to reach approximately the same with them. It might be not enough to put my best on something, I must exceed my best efforts to surpass everybody else, to become number one.

That is why I adore this bird so much. They are trying their best to fly, so why don't I? Just like I said, they have the widest wings over all birds, but they will never acknowledge that if they did not even try flying. That is why, I always try my best to fly, to see how broad my wings, to see how far I can reach, and how limitless I must surpass.

Albatross will be my favorite bird forever. I never adore someone who is genius from the beginning, simply because they were born genius. I adore those who achieve genius, through hard works and passions. They try to surpass their disadvantages and limitations to achieve the unlimited because they overcome every hardness they face in the process. That is more inspiring, isn't it. It shows you how you must not give up on fate and condition, fight it and achieve your goal regardless of your inability. We should learn from an albatross in this case.

Everything in this world is not that simple. You cannot fly easily by stomping your feet on the ground and flap your arms. Never give up on it, if you really want to fly. Be an Albatross and show the world how strong you are to reach the top.

Dream On!
Wirapati

Responsibility over Priority

Today's a great day. Been a while I haven't met my "Little Fellas" from my High School life and probably it's the first reunion for over a year. Glad they does not change at all. They are still my beloved Little Fellas from the past.

However, that is not what I'm about to tell now. I'll save the story for them later. There is one interesting thing that I remember today in my reunion today. In our reunion today at my friend's house, there was a man who wanted to study about acceleration program student came for interviewing us. There is a very interesting question he gave which reminds me of my important value of life.

What value did your parents mainly build inside yourselves?

This is an easy, yet deep question. Right after he threw that question, spontaneously I remember one thing that has always been my principle, right from the beginning. It is Responsibility.

Yes, my father keeps on telling me up until today, that I must always be responsible on what I do and to whoever whom I responsible to. I have a different point of view about being responsible and that was what determines my every action up until now and will always be in the future.

You might remember that in every organization or institution recruitment interview, you are going to be asked: What is your priorities in life? While people might answer their priorities from the highest to the lowest, I emerge with different answer.

I believe in responsibility over than priority. I do have any priorities for my responsibilities. I am responsible for every responsibility regardless on how important they are.

That has always been my answer even for my recent job recruitment interview. In simple, developed from Stephen Covey's, I do not prioritize responsibility, I put my responsibility on my priorities.

This is what always keep me standing in my every hard time during my acceleration program back in high school. It kept me strong and provided me with endless motivations, to be responsible to my parents who provide me with every facilities so that I can go to school and study.

Also, this is what kept me strong when I was on deadline during my undergrad thesis back in my college life. I am doing my research seriously, putting all of my efforts to finish my undergrad thesis and graduates in seven semesters, just like what my parents' expectations. Even though I was very busy with my organization, I did not just leave this responsibility with my parents, nor to my organization. That is why, whenever I found two importances intersect in the process, I was doing my best to fulfill both of them without even considering about the priorities, merely because I am responsible for both of them.

If we do it wrong, we might overheat ourselves. That is why we must measure our capacity on how much responsibility we can take. But, once you hold the responsibility, never turn down it for other responsibility. Because, responsibility is something that we must accomplish, regardless on how important they are.

Never forget on your responsibility, because that reflects your honor as a human.

Dream on!
Wirapati

Loser, again...

Telah banyak sekali kucoba taklukkan. Untuk menjadi yang terbaik, untuk menjadi yang terhebat. Tetapi, belum sekalipun aku berhasil mencapai puncak. Belum pernah aku mengecap nikmatnya kemenangan, memperoleh posisi teratas dan melambungkan tanganku tinggi-tinggi untuk menunjukkan kebahagiaanku.

Ya, lagi-lagi aku kalah...

Dengan penuh kepercayaan diri, aku mengirimkan paperku, yang kukerjakan dengan segala kreativitas yang aku miliki, dengan segala usaha yang bisa kuberikan. Aku merasa percaya diri, bahwa ini adalah masterpiece-ku. Aku berusaha menyajikan sesuatu yang baru, sesuatu yang orisinil. Tetapi, apa daya, aku tidak bisa menembus dinding tebal World Bank Essay Competition. Aku tidak berhasil memperoleh hak untuk bersaing memperebutkan posisi puncak dalam lomba itu bersama para Delapan Besar dunia.

Aku tidak kecewa sama sekali. Karena ternyata walau tidak menjadi finalis, tetapi aku tetap berhasil mencapai posisi 20 besar dunia. Aku berhasil menjadi 1% dalam pertandingan ini, menjadi 20 besar dari 2009 peserta dari 150 negara. Bukan sesuatu yang paling dibanggakan, tetapi aku bangga karena satu hal.

Aku bangga karena aku bisa memaparkan original idea-ku. Sebuah konsep yang kubangun secara susah payah, dengan bantuan Ayahku. Aku bahagia karena ide yang berasal dari diriku sendiri ini, diakui sebagai 20 besar dunia. Baru beberapa hari ini aku menulis posting tentang idolaku, John Nash, yang bersikukuh mencari original idea, dan tiba-tiba aku memperoleh kabar bahagia ini.

Aku selangkah lebih dekat dengan pahlawanku.

Aku akan berusaha lebih banyak lagi. Tahun depan aku akan mengikutinya lagi, dan akan kuraih kemenangan tahun depan. Aku akan terus mengembangkan original idea-ku, sampai suatu hari nanti, aku berhasil membuat ideku mengenai pengentasan kemiskinan diakui oleh dunia. Mimpiku sangat sederhana, tetapi sulit dicapai. Aku masih seorang pecundang, dan akan tetap menjadi pecundang sampai aku berhasil membuktikan diriku. Terkadang tidak terlalu buruk menjadi pecundang, karena kita bisa bebas mengekspresikan ide kita tanpa beban sebuah gelar, dan dapat terus belajar dari kekalahan kita. Tentunya, aku juga ingin menjadi pemenang, tetapi mungkin belum saatnya.

Maybe, Someday I'll win..
Wirapati

John F. Nash: Our Own Original Idea

Find a truly original idea. It is the only way I will ever distinguish myself. It is the only way I will ever matter. -John Forbes Nash, A Beautiful Mind-

Kali ini aku ingin berbicara mengenai orang-orang selain ayahku yang menjadi inspirasi utama dalam hidupku. Orang-orang inilah yang kujadikan pandangan hidup, kuambil bagian dari mereka yang baik dan kuevaluasi yang buruk.

Waktu sudah berjalan sekitar 10 tahun semenjak aku mengenal seorang jenius yang merupakan pemenang Nobel untuk bidang ekonomi yang bernama John Nash. Kisah tentang hidupnya telah dibukukan dan difilmkan dengan judul yang sama, yaitu A Beautiful Mind. Keduanya mengisahkan tentang Nash yang berusaha untuk mengalahkan ilusi dalam dirinya sendiri akibat penyakit kejiawaan yang bernama Schyzophrenic, yang membuat dirinya berhalusinasi dan tidak dapat membedakan mana kenyataan dan mana ilusi. Film ini ditutup dengan mengharukan dengan sebuah pidato inspirasional Nash saat dirinya memenangkan Nobel bidang ekonomi.

Terlepas dari semua itu, sebenarnya ada hal lain yang membuatku menjadikannya inspirasi.Bukan sekedar karena keteguhannya dalam menghadapi schyzophrenic, atau pencapaiannya dalam penghargaan Nobel. Aku menjadikannya inspirasiku karena kegigihannya untuk menemukan ide orisinilnya sendiri. Aku tidak pernah tahu seperti apa perjuangannya sesungguhnya karena hanya mengetahuinya dari buku dan film. Tetapi, setidaknya aku percaya bahwa kenyataannya tidak sejauh itu.

Pada masa mudahnya, Nash sempat dilecehkan oleh teman-temannya karena perkembangannya yang lambat dalam menyelesaikan disertasi. Sementara teman-temannya sudah menyelesaikan tugasnya masing-masing, Nash masih belum membuatnya sama sekali. Jika ditanya oleh teman-teman maupun profesornya, Nash selalu menjawab bahwa dia sedang mencari ide orisinilnya sendiri. Dia tidak mau seperti teman-temannya yang hanya mengembangkan atau mereplikasi penelitian-penelitian terdahulu. Memang sangat sulit dan penuh perjuangan, tetapi akhirnya Nash berhasil membuktikan bahwa penelitiannya mengenai Cooperative Game Theory, yang merupakan sanggahan terhadap teori individualis Adam Smith. Teorinya inilah yang pada akhirnya membuatnya berbagi penghargaan Nobel bidang ekonomi dengan John Harsanyi dan Reinhard Selten.

Aku sangat menyukai pribadinya yang terus mengejar ide orisinilnya. Aku selalu percaya bahwa dalam menyampaikan sebuah ide, aku harus berpegang teguh kepada dua buah prinsip dasar: Minat dan Orisinalitas. Aku adalah tipe orang yang tidak begitu menyukai replikasi terhadap model-model terdahulu, dan lebih memilih untuk membuat modelku sendiri dalam setiap penelitianku. Hal ini disebabkan karena aku ingin menguak lebih banyak misteri dibandingkan para pendahuluku. Aku ingin mendapatkan sesuatu yang belum pernah dipikirkan orang lain, tetapi aku pernah memikirkannya. Aku ingin menjadi yang pertama, karena orang akan mengingat para first mover. Tetapi lebih dari itu, aku selalu merasa puas saat bisa menyampaikan gagasanku yang orisinil dan diakui orang lain, sebab itu menunjukkan seberapa jauh pola pikirku telah berkembang, dan aku percaya bahwa tidak ada batas pada pikiran manusia untuk berimajinasi dan bermimpi.

Nash telah menunjukkanku hal ini, betapa mengembangkan sebuah pemikiran dan gagasan yang orisinil adalah sesuatu yang sangat penting dalam hidup, sesuatu yang membuat kita diakui, dan sesuatu yang memberikan makna dalam hidup kita. Karena itulah, pada saat aku menulis skripsi, aku tetap teguh untuk memajukan topik skripsiku yang dianggap absurd bahkan oleh Prof. Ali Wardhana yang merupakan rekan kerja dari orang yang menjadi inspirasiku yang lain, yaitu Prof. Widjojo Nitisastro (mungkin akan kuceritakan pada bahasan berikutnya). Tidak hanya beliau, banyak orang yang mentertawakan gagasanku ini. Tetapi, aku tetap menulis skripsiku ini dengan bermodalkan keyakinan saja. Pada akhirnya, aku berhasil lulus dengan menggunakan skripsiku yang dianggap absurd ini. Memang aku belum menjadi John Nash yang disertasinya sangat diakui bahkan memberikan penghargaan Nobel padanya, tetapi aku akan mengembangkannya lagi di masa depan saat aku sudah menguasai lebih banyak ilmu lagi.

Nash juga telah membuatku ingin mengejar Princeton University sebagai tujuan universitasku di masa depan. Aku ingin bersekolah di universitas yang pernah menelurkan pahlawanku ini. Aku ingin mendapatkan ilmu yang sama, belajar dari lingkungan yang sama, serta mengejar tujuan yang sama dengannya. Dengan segala persamaan itu, aku akan membuktikan bahwa aku bisa melampauinya suatu hari nanti, dengan gagasan orisinilku sendiri. Salah satu impian besarku dalam hidup ini adalah mengembangkan teori untuk mengentaskan kemiskinan yang diakui oleh masyarakat dunia, teori orisinilku sendiri.

Perhaps it is good to have a beautiful mind, but an even greater gift is to discover a beautiful heart.
Quoted from John F. Nash
Wirapati