Crossing the Rubicon

Rubicon adalah sebuah sungai dengan panjang 29 kilometer yang terletak pada daerah utara Italia. Sungai ini mengalir dari Pegunungan Apennine menuju ke Laut Adriatik melalui daerah Emilia-Romagna Selatan di antara kota Remini dan Casena. Menyeberangi Rubicon "Crossing the Rubicon" berarti melewati sebuah posisi di mana kau tidak bisa kembali lagi. Idiom ini menggambarkan tindakan Julius Caesar pada 49 SM menyeberangi sungai tersebut, yang dianggap sebagai pernyataan perang.

Setiap orang pasti pernah menyeberangi Rubicon ini. Kita sering dihadapkan pada kesempatan sekali dalam seumur hidup. Kesempatan yang tidak akan datang lagi jika kita tidak mengambilnya saat itu. Akan tetapi, terkadang kita menghadapi kendala di mana untuk mengambil kesempatan ini, kita harus mengorbankan sesuatu. Saat itulah keputusan kita akan menjadi sebuah takdir yang tak terbantahkan.

Saat kita mengambil keputusan, kita harus tahu bahwa takkan pernah menemui kesempatan untuk memperoleh hal yang kita korbankan tersebut. Kita tak boleh menyesal saat kita sudah menyeberangi Rubicon tersebut. Kita takkan bisa kembali lagi. Karena itulah, yang bisa kita lakukan adalah menghadapi jalan yang ada di depan kita dengan sebaik mungkin. Selalu ada cara untuk menyelesaikan segala masalah yang kau hadapi saat kau mengambil keputusan itu. Misalnya, betapa Sri Mulyani mungkin tidak akan menjadi wanita dengan pengaruh terbesar di Indonesia jika dia tidak meneruskan kuliah ilmu ekonomi yang sebenarnya bukan jurusan yang diinginkannya.

There is no turning back. All you have to do is to face the road in front of you with all you've got. Regretting won't bring you anywhere. You can't turn back time. So don't you ever wish to turn back time.
Never look away! Not from the nightmare, nor from the truth.

Smile eternally,
Wirapati...

Ketika Memilih Bukanlah Sebuah Pilihan

Kamis, 9 April 2009. Pesta Demokrasi...

Hari ini adalah hari yang sangat aku nantikan. Mungkin ini hari yang paling aku nantikan selama 10 tahun terakhir. Tanggal 8 April ini adalah Pemilihan Umum (Pemilu) pertama bagiku. Tentunya untuk beberapa teman-teman yang juga baru saja menginjak umur 17 tahun ke atas merasakan hal yang kurang lebih sama walaupun ada juga perasaan ingin golput.

Untuk itulah, setelah semalaman bekerja untuk KANOPI (organisasi mahasiswa jurusanku di Ilmu Ekonomi FEUI), aku langsung pulang pagi-pagi agar sempat untuk mencontreng karena kabarnya TPS ditutup jam 12 siang. Aku menyempatkan diri untuk mencontreng padahal masih agak mengantuk setelah semalam bekerja. Hal ini semata-mata karena ini adalah Pemilu pertamaku dan aku memang bertekad untuk menyuarakan aspirasiku pada Pemilu ini dan setiap Pemilu yang akan aku lalui nantinya.

Sesampainya di rumah, aku langsung bersiap mencontreng. Sebelum pergi, aku bertanya pada orang rumah tentang kartu pemilihku. Ternyata, dari 6 orang yang potensial untuk memilih di rumahku, hanya ibuku yang memperoleh kartu pemilih. Hal ini memang sudah menjadi isu yang cukup hangat selama beberapa hari menuju Pemilu 2009 ini. Pihak KPU telah menyatakan bahwa pemilih bisa memilih dengan menunjukkan KTP ke TPS di RT masing-masing.

Percaya dengan penyataan KPU, aku pergi ke TPS untuk mengeksekusi Pemilu pertamaku. Sesampainya di TPS, aku langsung menunjukkan KTPku pada pihak panitia dan ternyata namaku terdaftar. Saat itu TPS mulai kosong karena sudah jam 11 lewat, sehingga aku menyelesaikan Pemilu pertamaku dengan cepat. Saat aku pulang, aku melihat sekumpulan bapak-bapak dan beberapa ibu-ibu yang tampak tengah berdiskusi di dekat TPS. Tanpa sengaja aku mencuri dengar pembicaraan mereka. Ternyata mereka sedang berdiskusi mengenai Pemilu hari ini.

Dalam diskusi tersebut, aku mendengar bahwa terdapat beberapa orang di antara mereka yang namanya tidak terdaftar di TPS, padahal mereka memiliki KTP setempat dan sudah lama tinggal di daerah tersebut. Mereka mengeluh karena mereka sudah jauh-jauh berjalan ke TPS dan menemukan mereka tidak berhak untuk memilih. Hasilnya, mereka harus mencontreng partai Golongan Putih. Ternyata, hal ini tidak hanya terjadi di daerahku saja. Seorang temanku juga mengalaminya, di mana ayahnya sendiri juga tidak terdaftar dan harus melewati proses yang cukup lama untuk bisa memilih. Fenomena ini terjadi di banyak sekali TPS di Indonesia.

Aku adalah seorang yang idealis, yang percaya bahwa golput bukanlah pilihan bagiku. Saat banyak pihak di televisi dan koran menghimbau kepada masyarakat untuk tidak golput, aku sangat menyetujuinya. Terutama saat KPU mengatakan bahwa seorang pemilih yang cerdas tidak akan golput, aku juga dengan semangat menyetujuinya. Tapi, bagaimana jika yang terjadi adalah sebaliknya? Bagaimana jika "Memilih bukanlah sebuah pilihan"?

Dengan segala himbauan yang diberikan KPU untuk tidak golput, KPU terbukti tidak menciptakan sistem yang baik untuk para pemilih. Dalam Pemilu kali ini, banyak pemilih yang tidak diberikan pilihan lain selain golput. Hal ini dikarenakan mereka tidak terdaftar, sehingga banyak di antara mereka yang tidak bisa memilih karenanya. KPU sering mengatakan bahwa memilih adalah hak dari masing-masing warga negara dan sebaiknya warga negara menggunakan hak pilihnya dengan bijaksana. Akan tetapi, KPU tidak memberikan hak pilih kepada orang-orang yang sangat dihimbaunya untuk memilih. Di Jombang, malah bayi berumur 5 tahun yang terdaftar sebagai pemilih sementara di tempat lain banyak pihak yang sebenarnya berhak memilih tidak memperoleh haknya.

Ada baiknya bagi KPU untuk memperbaiki sistem yang dimilikinya terlebih dahulu sebelum menghimbau semua orang untuk menggunakan hak pilihnya. Karena, walaupun semua orang sudah membudayakan dirinya untuk memilih, jika tidak ada fasilitas yang mengakomodir budaya tersebut, maka tetap saja budaya itu tidak akan berkembang. Memberikan himbauan secara besar-besaran tanpa ada perbaikan sistem, tidak akan memperbaiki apapun. Malah, dengan sistem yang ada sekarang, orang yang seharusnya ingin memilih jadi tidak memilih. Akibatnya akan lebih buruk dibandingkan sebelumnya.

Untuk bisa menciptakan pemilih yang berpendidikan, harus diciptakan dulu sistem yang terdidik juga. Sebuah sistem yang mampu mengakomodir segala hak para pemilih adalah harga mati bagi KPU untuk bisa menjalankan Pemilu yang berkualitas. Dengan sistem yang baik, bukan hanya pemilih yang berniat memilih dapat memperoleh haknya, tetapi pemilih yang memilih untuk golput dapat mengubah sikapnya dan memutuskan untuk memilih. Sistem yang baik di mana para pemilih dapat mengetahui dengan baik siapa yang akan dipilihnya juga merupakan sebuah keperluan. Karena, selain dapat membuat pemilih golput untuk menggunakan haknya, hal ini juga dapat mengurangi kemungkinan para pemilih untuk salah memilih calon pemimpin negeri ini.

Memilih adalah hak bagi seluruh warga negara Indonesia. Untuk itu, pemilih juga berhak untuk memperoleh fasilitas untuk memperoleh haknya. Sebelum KPU berusaha memperbaiki para pemilih, ada baiknya KPU memperbaiki dirinya dulu atau sistem yang dibawanya. Warga Negara Indonesia berhak untuk memperoleh haknya.

Smile Eternally,
Wirapati..

Sebuah Forum dan Budaya Berkomunikasi

Apakah di antara kalian ada yang belum pernah mengenal komunitas yang bernama KASKUS? Aku rasa sedikit sekali dari kalian yang asing dengan forum yang sangat ternama ini. Website yang beralamat http://www.kaskus.com/ ini pertama kali mengudara di World Wide Web semenjak 6 November 2000. Hingga saat ini, Kaskus dianggap menjadi website komunitas nomor satu di Indonesia.


Mengapa komunitas ini menjadi sangat digemari? Alasan utamanya adalah kemampuan KASKUS untuk mengakomodir hampir semua kebutuhan, keinginan dan minat dari para surfer internet. Komunitas ini menyediakan forum yang membahas segala macam hal, mulai dari topik-topik politik yang paling serius hingga topik-topik fun yang sangat ringan untuk dibaca. Komunitas ini juga menyediakan Forum Jual Beli (FJB) yang memungkinkan pengguna internet untuk berjual beli mulai dari barang yang bernilai puluhan ribu hingga tanah yang berharga ratusan juta. Dengan kemampuannya untuk mengakomodir hampir semua kepentingan ini, jelas KASKUS menjadi komunitas nomor satu di Indonesia yang paling diminati.

Aku bukanlah seorang KASKUSer sejati. Aku hanya terkadang membuka KASKUS untuk melihat-lihat, tapi aku tidak pernah menjadi anggota KASKUS dan secara langsung terlibat dalam forumnya. Tapi, sebagai pengguna internet, aku tetap merasakan pengaruh yang diberikan KASKUS kepada para pengguna internet.

Hal utama yang dipengaruhi oleh KASKUS adalah budaya berkomunikasi para pengguna internet. Bahasa-bahasa yang digunakan para KASKUSer dalam forumnya memang sangat unik. Penggunaan sebutan "gan" yang merupakan singkatan dari "Juragan" digunakan untuk menyebut KASKUSer lainnya. Selain itu, para KASKUSer akan menyerukan kata "Pertamax" jika mereka adalah pihak yang pertama kali me-reply sebuah thread. Dan masih banyak istilah lain yang digunakan para KASKUSer dalam forum tersebut.

Lantas seperti apa pengaruhnya?

Jika kalian sering menggunakan website-website di mana user lain dapat memberikan reply terhadap sebuah thread, kalian pasti sering menemukan beberapa user lain menggunakan bahasa yang serupa dengan para KASKUSer. Pada website seperti Facebook di mana para user dapat memberikan komentar terhadap hampir semua aktivitas user, penggunaan bahasa ini kerap kali ditemui dalam beberapa komentar, terutama pada aplikasi notes. Hal ini dapat juga dapat ditemui pada website-website yang menyediakan streaming lagu seperti 4shared. Bahasa KASKUS telah merambah sampai ke website-website lainnya.

Lebih hebatnya lagi, KASKUS tidak hanya mempengaruhi budaya berkomunikasi orang-orang di dunia maya saja, tetapi juga pada dunia nyata. Para KASKUSer di dunia nyata juga membawa kebiasaannya dalam berbicara di dalam percakapan. Bahkan, budaya ini tertular kepada orang-orang lain yang aslinya bukan KASKUSer. Aku juga salah satu korbannya. Walaupun aku bukan KASKUSer, aku terkadang menggunakan bahasa-bahasa KASKUS. Jadi, dampak dari budaya penggunaan bahasa ini tidak tertutup pada KASKUSer saja, tapi juga merambah ke semua pihak yang mungkin perbah berhubungan atau berkomunikasi dengan para KASKUSer.

Betapa besarnya pengaruh sebuah website di era globalisasi ini. KASKUS hanyalah satu dari beberapa contoh aplikasi dunia maya yang bisa mempengaruhi hidup seseorang. Jika Google mampu mengubah pola pikir masyarakat dunia dalam mencari sebuah data, KASKUS juga dapat mengubah kebiasaan seseorang dalam berbicara. Internet telah mengubah hidup manusia di dunia ini. Ada baiknya untuk kita dapat memilih mana pengaruh yang baik bagi kita dan mana pengaruh yang tidak baik bagi kita (dalam hal ini KASKUS tidak memberikan pengaruh yang buruk, tetapi pantas untuk dijadikan contoh betapa internet mampu mempengaruhi hidup seseorang).

Jangan biarkan globalisasi mengubah pola pikir kita dan membuat kita meninggalkan nilai-nilai sosial dan budaya yang sebenarnya. Jangan biarkan globalisasi mengubah kita, tapi buatlah globalisasi bekerja untuk kita. Dengan demikian, kita dapat mengembangkan diri tanpa meninggalkan budaya kita.

Smile Eternally,
Wirapati..

The Return of The Dreamer!

Hai, lama tak berjumpa. Akhirnya saya kembali dalam blog ini. Alasan menghilangnya saya dari blog ini selama beberapa saat adalah kesibukan saya dalam kepantiaan saya selama beberapa bulan lalu. Saya menjadi Project Officer 6th Economix sehingga agak sulit untuk bisa tetap menulis di tengah2 kesibukan saya itu. Sekarang setelah kegiatan itu selesai, saya akan mulai menulis lagi.

Pada kesempatan ini pula, saya perkenalkan URL baru dari blog saya ini, yaitu:

http://bawirapati.blogspot.com

Perubahan ini diharapkan dapat mempermudah pembaca untuk mengindentifikasi blog ini dan lebih mudah diingat dibandingkan URL sebelumnya.

Semoga kalian bisa menikmati kembali blog saya ini!

Smile eternally,
Wirapati..